Minggu, 10 November 2024
26.1 C
Surabaya
More
    Renungan PagiSudah Tidak Takut Lagi Sama Malaikat Izroil

    Sudah Tidak Takut Lagi Sama Malaikat Izroil

    GEBYAR Porprov VIII Jatim 2023, sementara Al Faqir, redam dulu. Kebetulan, saat ini sedang menikmati Muktamar Sufi Internasional di Pekalongan, 29-31 Agustus 2023.

    Saat transisi di Hotel, Al Faqir sempatkan muhasabah terhadap penyelenggaraan beberapa Cabor (Cabang Olahraga) Porprov VIII Jatim yang secara subyektif, masih jauh dari tujuan Fair Play. Sekali lagi, pergulatan batin Al Faqir belum mampu memberikan sentuhan sebagai pengingat diri bahwa pada saatnya nanti setiap manusia akan dimintai pertanggungjawabannya.

    Sesuai dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 65, Allah SWT menjelaskan bahwa tak ada yang bisa ditutupi saat hari kiamat tiba:
    ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
    “Pada hari ini (pembalasan) Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”.

    Logikanya sederhana, jika hamba Allah SWT yang telah diberikan kesempatan, kemampuan dan keahliannya sebagai juri atau hakim pada Cabor tidak mampu berbuat sportif, tapi tergantung pesanan tentu menimbulkan pertanyaan apakah para juri atau hakim sudah tidak takut lagi dengan malaikat pencabut nyawa, Malaikat Izroil?

    Sebagai orang yang profesional gampang sekali berdalil dan berkelit, tapi saat di hari pembalasan, tentu hanya penyesalan. Karena mulut mereka akan terkunci rapat, tangan mereka yang akan memberikan keterangan (berbicara) kaki mereka yang akan memberikan kesaksian tanpa bisa ditutupi atau dikurangi.

    Pernahkah mereka berpikir bahwa besok akan didatangi Malaikat Izroil, pencabut nyawa tanpa menunggu bertaubat. Saat menghadapi sakaratul maut diperlihatkan video perbuatan-perbuatan yang menyebabkan hamba Allah merasa dizalimi. Betapa sakitnya, karena pintu tobat sudah ditutup rapat.

    Al Faqir tidak mengajari ikan berenang, harimau atau macan menggaung serta ayam berkokok. Itu suda sunnatullah. Yang jelas, semua akan dihisab sesuai amal perbuatannya.

    Jujur, Al Faqir sendiri merasa banyak dosa, berjibun pelanggaran terjadi. Masih ada kewajiban dilalaikan, banyak larangan diterjang. Setidaknya, hamba berharap ampunan dari Yang Maha Maghfiroh (Pengampun). Setidaknya ada setitik sinar Rahmat Allah menyentuh hati hamba yang berlumur dosa.

    Kembali pada netralitas seorang hakim atau juri, jika seseorang sengaja mengkhianati atau menjual jabatan demi hubbub dunya (cinta dunia), maka hanya memperoleh dunia.

    Tipe Hakim atau juri itu terdiri atas tiga macam, satu orang di surga dan dua lainnya di neraka. Seorang hakim yang tahu kebenaran dan ia memutuskannya dengan kebenaran itu, ia berada di surga. Sedangkan, hakim lain yang mengetahui kebenaran, namun ia menyimpang dengan sengaja, ia berada di neraka. Dan, seorang hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari dengan ilmu, ia berada di neraka.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

    Begitu juga mereka yang senantiasa melakukan sogok (suap-menyuap) dan korupsi. ”Allah melaknat orang yang memberi suap dan menerimanya dalam memutuskan (suatu perkara).” (HR Tirmidzi).

    Semua tentu tergantung kepada kita sendiri, selalu terpuruk dalam kenistaan atau berusaha berubah dan bangkit dan siap di hari hisab. Selaras dengan QS Al Isro 13-14, artinya:Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. ”Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. Shodaqollahul adliim. Wallahu a’lam bish-showab. (*)

    Penulis : H.S. Makin Rahmat

    Sumber : WartaTransparansi.com

    COPYRIGHT © 2023 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan