DALAM kesibukan rutinitas sehari-hari, Al Faqir masih menyempatkan diri untuk mengikuti kegiatan resepsi Tujuhbelasan. Biasanya mendapatkan jatah, memberikan kultum alias Kuliah Terserah Antum (Pesenane Pusat) plus memimpin doa.
Ternyata salah satu panggung gembira dengan tema “Patlikur Colorful Festival” belum bisa datang tepat waktu. Akhirnya, seizin panitia, Al Faqir didapuk membaca puisi perjuangan. Setelah buka literasi puisi-puisi kemerdekaan dan perjuangan, karangan Taufik Ismail; “Kita Adalah Pemilik Sah Negeri Ini” menjadi pilihan.
Taufiq Ismail seorang penyair Indonesia dan pujangga dengan karya-karya penuh kritik dan realita itu menurut Al Faqir selain tidak terlalu panjang, juga masih relevan dengan kondisi saat ini. Ya, kita sudah merdeka, tapi belum sepenuhnya merdeka.
Inilah Karya Taufiq Ismail yang mendapatkan gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah:
Kita Adalah Pemilik Sah Negeri Ini
Tidak ada pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya, inikah yang namanya merdeka