Mari Menanamkan Jiwa Nasionalis

Mari Menanamkan Jiwa Nasionalis
H.S. Makin Rahmat

HAMPIR di seluruh tanah air, masyarakat gegap gempita merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 78. Mulai lomba tradisional, pasang umbul-umbul, bendera merah putih, sampai malam tasyakuran kemerdekaan hingga panggung resepsi.

Mengapa rakyat begitu antusias dan bersemangat ikut perayaan HUT RI ke 78? Jawaban singkat dan jelas, kita memiliki rasa cinta tanah air dan benih-benih jiwa nasionalisme.

Dalam bahasa, kata nasionalisme berasal dari kata nation berarti bangsa. Istilah nasionalisme yang telah diserap ke bahasa Indonesia memiliki dua pengertian: paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri serta kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa. Nasionalisme dalam arti sempit dapat diartikan sebagai cinta tanah air.

Sempat terbayang ketika Al Faqir berjamaah melaksanakan thowaf wada (pamitan) doa yang dibaca dalam tujuh putaran diantaranya, Qur’an surat Al-Qashash ayat 85:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ
“Sesungguhnya (Allah) mewajibkan atasmu (Muhammad) untuk melaksanakan hukum-hukum Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”

Dalam beberapa literasi, khususnya hujjah Ali Al-Jurjani di kitabnya al-Ta’rifat mendefinisikan tanah air dengan al-wathan al-ashli.
اَلْوَطَنُ الْأَصْلِيُّ هُوَ مَوْلِدُ الرَّجُلِ وَالْبَلَدُ الَّذِي هُوَ فِيهِ
“Al-wathan al-ashli yaitu tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya. (Ali Al-Jurjani, al-Ta’rifat, Beirut, Dar Al-Kitab Al-Arabi, 1405 H, halaman 327)

Maka mencintai tanah air adalah sifatnya alami pada diri manusia, maka hal tersebut tidak dilarang oleh agama Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran/nilai-nilai Islam. Hebatnya, ternyata memberikan rujukan pasti bagi kehidupan manusia mengatur fitrah manusia dalam mencintai tanah airnya, agar menjadi manusia yang dapat berperan maksimal membangun kehidupan berbangsa bernegara, dan memiliki keseimbangan hidup di dunia dan akhirat.

Dari uraian diatas menambah keyakinan Al Faqir, bisa jadi saudara sebangsa dan setanah air yang ikut memiliki jiwa nasionalisme.