SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Mengantisipasi fenomena iklim El Nino, Pemkot Surabaya telah melakukan penanaman sembilan bahan pangan pengganti padi. Langkah ini sekaligus sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan.
Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, bahwa penanaman 9 bahan pangan pengganti padi dilakukan dengan memanfaatkan aset-aset berupa lahan tidur milik Pemkot Surabaya.
“Kita juga menanam pangan ya, ada sembilan bahan pengganti padi. Kami juga menanam jagung, sagu, di lahan-lahan punya pemkot yang idle. Tapi kami juga berkoordinasi dengan daerah-daerah lain, karena memang wilayah pertaniannya lebih besar,” kata Eri.
Dia menyebutkan, Pemkot Surabaya memiliki Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Di mana salah satu tugas mereka adalah untuk mencegah atau mengantisipasi kenaikan harga pokok di pasaran.
“Jadi kita ini sudah ada Tim Inflasi (TPID). Tim Inflasi ini salah satu tugasnya adalah melihat harga pasar setiap minggu, mulai cabai dan macam-macam,” jelasnya.
Untuk mencegah adanya kenaikan harga barang, Pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan sejumlah daerah penghasil bahan pokok. Kerja sama untuk mendapatkan langsung bahan pokok dengan harga dari produsen.
“Untuk mencegah adanya kenaikan barang, maka kita melakukan kerja sama dengan daerah-daerah penghasil, seperti telur dengan Blitar, bawang putih dan merah dengan Nganjuk. Itu sudah kita lakukan,” jelasnya.
Menurutnya, kerja sama dengan daerah lain karena Kota Surabaya bukan daerah penghasil, melainkan pemakai. Selain itu, agar Surabaya bisa mendapatkan harga lebih murah tanpa melalui tengkulak atau pihak ketiga.
Hanya, Eri menyebut, apabila harga bahan pokok di Surabaya mengalami kenaikan karena disebabkan pupuk atau cuaca, maka pemkot tidak bisa mencegahnya. Namun, jika kenaikan harga barang itu disebabkan faktor Bahan Bakar Minyak (BBM), maka pemkot akan melakukan subsidi.
“Kalau di sini naik dikarenakan pupuk atau lainnya, kami tidak bisa lagi menahan kenaikan harga. Tapi kalau transport BBM yang naik, maka kami bisa melakukan subsidi. Tapi kalau pupuk naik dan menyebabkan harga tinggi, kami akan tetap mempertahankan harga kulaknya,” tukasnya. (*)