Di antara orang yang bertakwa sebagaimana tersebut pada ayat-ayat berikutnya, antara lain sebagai berikut:
1. Beriman kepada yang ghaib, termasuk di dalamnya beriman kepada Allah SWT dengan sesungguhnya.
2. Melaksanakan sholat.
3. Menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada orang yang membutuhkan.
4. Beriman kepada kitab-kitab yang telah diturunkan-Nya, yaitu Taurat, Zabur, Injil dan sahifah-sahifah (suhuf) yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW.
5. Beriman kepada hari kiamat.
Itulah kandungan surat Al Baqarah ayat 1-5. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri di atas adalah orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Mereka mendapatkan tempat yang mulia dan agung.
Mengimani peristiwa ghaib sudah pasti dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Tetapi ketika terjadi perselisihan pendapat dengan sudut pandang keilmuan berbeda, maka wajib sama-sama mengambil sikap tegas dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh pula, tanpa menonjolkan kesombongan sedikit pun. Karena Allah SWT tidak suka orang yang mensombongkan diri.
Oleh karena itu, mensikapi peristiwa ghaib di ujung bulan Ramadan ini, umat Islam wajib tetap meyakini dan menjalankan dengan sungguh-sungguh. Pertama, peristiwa ghaib Lalilatul Qadar, jika sudah dengan penuh kesungguhan iktikaf Fan dzikir pada malam-malam itu dan sudah menjalankan, yakinlah Alllah SWT sudah memberikan rahmat dan ridloNya. Tentu saja dengan memberi taufiq dan hidayahNya.
Kedua, pelaksana sholat gerhana matahari, pada Kamis (20/4/2023), mulai pukul 10:00 WIB diyakini dan dilaksanakan dengan penuh kesungguhannya. Sekaligus mensyukuri dan sabar dengan perputaran matahari dan bulan, ketika mengalami pergesekan sehingga menimbulkan gerhana. Tentu dengan sikap tegas ikut melaksanakan karena keyakinan.
Ketiga, mensikapi perbedaan 1 Syawal 1444 Hijriyah, maka sama-sama meyakini dengan penuh keyakinan tanpa mengolok-olok atau menyatakan lebih benar antara pihak satu dengan pihak lain, sehingga semua dijalankan dengan sikap awal yakin dan tidak mendua.
Bagi umat Islam yang yakin bahwa 1 Syawal 1444 Hijriyah, Jum’at (21/4/2023), maka sejak Kamis (20/4/2023) habis maghrib mengumandangkan takbir dan membayar zakat fitrah serta sholat Idul Fitri pada Jum’at pagi.
Bagi yang meyakini 1 Syawal 1444 Hijriyah jatuh pada Sabtu (22/4/2023), maka mengenapkan puasa selama 30 hari dan tidak boleh ikut takbir dan sholat pada hari Jum’at. Khusus zakat dibolehkan takjil (pendahului).
Mengapa diperlukan sikap tegas dan tidak boleh mendua. Karena takbir dan sholat juga pelaksanaan zakat fitrah harus pada awal 1 Syawal (dari habis maghrib hingga selesai sholat Idul Fitri).
Jadi tidak mungkin menjalankan puasa sampai 29 hari, tetapi ikut takbir, sholat Idul Fitri dan zakat fitrah pada hari Sabtu atau pada 2 Syawal, karena tidak boleh secara waktu dan hukum syar’i. Demikian juga bagi yang meyakini mengenalkan puasa 30 hari, kemudian membatalkan puasa hari ke-30 karena sudah ada yang merayakan hari raya dan sudah takbiran serta shoiat Id.
Inilah ujian tertinggi bersikap saat berbeda. Dibutuhkan keyakinan karena keilmuan, bukan keyakinan karena kesombongan. Apalagi karena mempertahankan kebiasaan untuk pencitraan. Mari semua dikembalikan karena kekuasaan Allah SWT sebagaimana ayat di atas bahwa “Tidak ada keajaiban kecuali dari Allah semata”.
Dan mensikapi perbedaan 1 Syawal, wajib mengikuti sunnah Rasul (Hadits Nabi Muhammad SAW), bahwa “Perpedaaan umatku adalah rahmat”. Dalam hal ini akan menjadi rahmat jika dikuatkan dengan keilmuan dan keyakinan serta menjalankan dengan sungguh-sungguh. InsyaAllah kesungguhan akan meraih hasil baik di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. (@)