Maka hasil obrolan menjelang subuh yang diinisiasi oleh Gusmen –panggilan akrab Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bersama para kiai se-Jawa itu, bisa disimpulkan perlu adanya gerakan kohesif non struktural yang bisa mengejawantahkan program dengan luwes dan masif.
Sehingga tataran grassroot bernama Nahdliyin Berdaya (NAHDAYA) agar keberadaan Nahdlatul Ulama benar- benar hadir dan memberikan solusi di tengah-tengah permaslahan keumatan.
Gusmen Yaqut Cholil Qoumas sebagai inisiator dalam pertemuan ini telah meyakinkan bahwa gerakan moral ini tidak akan terdistorsi oleh gerakan gerakan yang “berbau” politik sedikitpun. Ataupun permasalahan internal organisasi. Karena gerakan ini murni panggilan hati nurani atas kesadaran perlunya gerakan akselerasi menuju terwujudnya Nahdliyin Berdaya.
“Kenapa kok baru dibahas di sepertiga akhir Ramadan? Karena kecerdasan itu kadang-kadang muncul pada injuri time,” kilah Gus Hans. (sr/min)