Oleh Wina Armada Sukardi -l
Diisi apapun, koper senantiasa terbuka
dari sajadah sampai haram jadah dari pakian basah
sampai jenazah.
Koper tak pernah mengeluh.
Diangkat dengan cara apapun koper tetap diam saja Pula tak pernah melawanbila disorong kesana kemari.
Betulkah yang kita lihat kasat matakoper sesungguhnya?
Di buku perunjuk tertulis
manfaat koper tergantung penggunanya.
Apabila hati kita dimasukan ke dalam koper jiwa bakal meronta-ronta dan menukas-nukas kepada siapapun yang dapat dituding
sambil berteriak-teriak:
“Ini tempat yang sangat sempit.
Gelap.
Pengab.
Bikin sesak.
Panas.
Bau busuk.
Menakutkan.”
Padahal koper telah diperbesar seluas dunia
dilengkapi jalur masuk keluar udara segar Juga ada pepohonan buah yang setiap saat boleh dipetik.
Jika diperlukan dapat pula terdengar musik dari segala jenis. Bahkan nun jauh disana ada celah untuk mengintip pemandangan elokpetunjuk ke jalan suci.
Tapi kita memilih selalu berkeluh kesah
lalu lalang tanpa tujuan
seraya menginjak-injak yang lainserta terombang ambing dalam gerakan koper.
Koper itu boleh jadi hanya hiasan dalam mata pikiran.
Kitalah yang menentukan koper macam apa yang ada.
Kita pulalah yang memilih mau masuk ke koper mana
dan dibawa kemana.
Koper setiap saat siap melayani kita. Tapi tanpa kendalli diri dari kita koper mampu menelan
dan membelengu kita di bara api kegelapan (*)