Oleh Djoko Tetuko
Menenun Jiwa adalah ketika sukma berbalut raga tunduk bersujud menyatakan janji suci mengabdi kepada Ilahi
Menenun jiwa adalah ketika tangis jabang bayi menyeruak menjejak menapak menginjak menghirup udara baru bernama dunia fana
Menenun jiwa adalah ketika rajut bola kasih sayang tenun dari waktu ke waktu terus berubah ubah
Menenun jiwa adalah ketika tiba saat indah mengulang masa lalu, masa ketika sang jabang bayi melalui perjalanan ghaib berpindah dari alam rahim ke alam dengan atap tenda langit dengan keindahan sangat menakjubkan di pagi, siang, sore dan malam hari. Dan tikar kehidupan sajadah abadi bumi dengan asesoris lautan, gunung dan bukit
bukit, beraneka ragam pepohonan serta tumbuh tumbuhan juga bangunan mencakar cakar langit.
Menenun jiwa adalah menguji sukma berbalut raga menghitung hitung hari demi hari dalam dekapan kasih sayang Ilahi, gerak gerik jiwa dan raga bersama sukma terus bertasbih semata mata karena Allah Subhanahu wa Ta’ala
Menenun jiwa adalah melepas ganas emosi jiwa menaklukkan raga dan sukma ketika hanyut dalam menumpuk numpuk duniawi dalam sekejab mata, memarkir semua armada dunia modern berdesak desakan dalam rumah sempit walau penghuni pun sesunggunya menjerit jerit
Menenun jiwa adalah kemampuan bersujud syukur dalam nafas pendek dan nafas panjang berirama ibadah walau kadang lupa walau kadang pura pura lupa walau kadang hanya sekedar melawan lupa walau kadang hanya sekedar menjaga marwah di mata dunia.
Menenun jiwa adalah kemampuan ketika dunia hitam, dunia putih, dunia penuh warna dengan dendang lagu lagu cinta bercampur padu dengan sumpah sumpah, terayun ayun dalam timang ibadah. Mengabdi sebagai wujud janji, mengabdi karena memang ditiupkan sukma berjanji untuk mengabdi. (*)