Disinggung apakah dirinya pernah menerima uang dari Bambang Eko, Nanang Makruf menyatakan tidak pernah sama sekali. Bahkan, katanya, meminta uang pun kepada Bambang Eko juga tidak pernah.
Menurut Nanang, ungkapan melukai perasaan itu tidak sepatutnya diungkapkan sosok akademika. Nanang pun lantas membuat analogi, ungkapan sejenis itu pantasnya diucapkan preman, bromocorah, begundal dan sosok berpendidikan rendah yang tidak kenal adat sopan santun.
Menurut Nanang, tetap dalam dialog chat lanjutan, Bambang Eko menanyakan siapa sosok yang sedang chat dengan dirinya (dengan Bambang Eko). Yang dijawab Nanang dengan penjelasan, dirinya Nanang Makruf dari media (jurnalis).
Kemudian, penjelasan tersebut dijawab Bambang Eko dengan pengakuan yang sepertinya dia telah salah menafsirkan seseorang, yang dikiranya anggota Satpam (mungkin maksudnya Satpam Unipma) bernama Agus.
Menurut Nanang Makruf, pengakuan Bambang Eko yang merasa melakukan chat dengan Satpam bernama Agus, bukan dengan dirinya (jurnalis), merupakan upaya mencari alibi.
“Bagaimana tiba-tiba logikanya berbelok ke Satpam bernama Agus. Sejak chat awal saya sudah mengaku jurnalis. Lalu dia (Bambang Eko) juga telah melecehkan dengan kalimat ‘wartawan ecek-ecek yang hanya mencari duit’. Ini kan menunjukkan dia tahu bahwa yang diajak chat adalah jurnalis. Bukan Satpam bernama Agus,” cetus Nanang Makruf.
Sementara, disaat yang sama, Wakil Rektor Bidang III, Dr. Bambang Eko Hari Cahyono, saat hendak dikonfirmasi jurnalis tidak berada di Kampus I Unipma, Jl. Setia Budi. Seorang petugas administrasi di kampus itu mengatakan, Bambang Eko Hari Cahyono sedang berada di Kampus II Unipma yang berada di Jl. AURI.
Namun ketika jurnalis mendatangi Kampus II Unipma, sebagaimana arahan petugas tadi, ternyata yang bersangkutan juga tidak berada di tempat.
“Untuk itu saya segera melayangkan somasi kepada Dr. Bambang Eko Hari Cahyono. Mudah-mudahan mendapat tanggapan. Jika tidak, jalan akhir adalah melaporkan bab ini ke jalur hukum,” tutup Nanang Makruf. (*)