Dimulai dari Desa, Ini Strategi Bupati Acep Purnama Membangun Kabupaten Kuningan

Anugerah Kebudayaan PWI Pusat

Dimulai dari Desa, Ini Strategi Bupati Acep Purnama Membangun Kabupaten Kuningan
Suasana saat Bupati Kuningan H. Acep Purnama, presentasi di depan Tim Juri AK-PWI di kantor PWI Pusat, Januari lalu. ( Foto: Malik)

Melalui Perbup tersebut, Bupati menghimbau kepada seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) supaya menyediakan Pangan Pituin sebagai kudapan di setiap acara apa pun.

“Semuanya wajib dijadikan konsumsi dalam lingkup kedinasan baik tingkat kabupaten, kecamatan dan desa /kelurahan, juga para pengusaha hotel dan restoran di Kuningan,” kata Bupati Acep.

“Pangan Pituin tersebut disediakan langsung atau bisa dipesan pada kelompok pengolah pangan lokal atau Kelompok Wanita Tani (KWT) atau sumber lainnya,” tambah Bupati.

Masih berkaitan dengan pangan, Pemerintah Kabupaten Kuningan giat mempromosikan
pangan lokal secara nasional, terstruktur dan berkelanjutan melalui berbagai media elektronik, media massa, penyuluhan, dan lainnya. Gerakan pangan lokal menjadi snek utama dalam beragam kegiatan dan mengembangan outlet-outlet pangan lokal gencar dilakukan.

Kabupaten Kuningan juga terkenal dengan berbagai event budayanya yang berakar kuat pada budaya agraris. Ada “Seren Taun”, yaitu upacara adat panen padi masyarakat Sunda (Kuningan) yang dilakukan setiap tahun.

Seren Taun adalah upacara adat syukuran dari masyarakat agraris. Upacara ini diramaikan ribuan masyarakat, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancanegara. Desa adat Sunda yang menggelar Seren Taun tiap tahunnya yaitu di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lalu ada upacara “Babaritan”, yakni ritual tahunan adat Suku Sunda Kuningan yang dilaksanakan pada hari bulan dan tempat yang sama setiap tahun, yaitu pagi hari Jumat Kliwon pada bulan Maulid. Sedangkan tempatnya dilaksanakan di tempat-tempat keramat atau petilasan atau kuburan leluhur yang diawali dengan “Sedekah Ketupat” pada hari Rabu Wekasan.

Event lainnya “Cingcowong”, yaitu upacara di Desa Luragung Landeuh, yaitu permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar segera diturunkan hujan ketika terjadi kemarau berkepanjangan.

“Sedekah bumi”, yaitu salah satu upacara adat berupa prosesi serahan hasil bumi dari masyarakat kepada alam. “Upacara ini ditandai dengan pesta rakyat yang diadakan di balai desa atau lahan pertanian maupun tempat-tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat,” jelas Bupati.

Masih berkaitan dengan air, masyarakat Kuningan menggelar upacara “Kawin Cai”, yaitu upacara yang memohon agar air yang menjadi sumber utama dalam pengairan dilestarikan dan dijaga adat tradisinya supaya air pun tetap bersahabat dengan mmanusia (rls.pwipusat)