Lebih jauh, mantan Menteri Sosial RI itu memaparkan bahwa Indonesia menjadi kontributor terbesar pada sektor medical tourist. Pasalnya, jumlah pasien yang mencari pengobatan di luar negeri pada 2015 mencapai 600.000 orang, hampir mencapai dua kali lipat dari data pada 2006.
“Tujuan utama mereka untuk Asia Tenggara adalah Malaysia dan Singapore . Padahal kita tahu kalau dr. Soetomo punya banyak pelayanan dengan standar internasional seperti saraf dan jantung,” jelasnya.
Khofifah kemudian menerangkan, berdasarkan hasil riset _patients beyond borders.com_ yang diunggah katadata.co.id tahun 2019 bahwa alasan kenapa masyarakat lebih memilih pengobatan luar negeri. Yakni kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan kesehatan di Indonesia, kecanggihan obat-obatan, dan problem komunikasi dokter atau tenaga pembantu.
Ada pula perihal reputasi rumah sakit luar negeri yang sudah mendunia, harga yang dikatakan lebih murah, ketepatan diagnosis, kecanggihan teknologi, dan akomodasi luar negeri yang lebih menyenangkan.
“Ini berdasarkan data dari sumber yang cukup kredibel. Makanya kita harus melqkukan refleksi, evaluasi dan berinovasi terus menerus. Bisa juga dibantu ahli komunikasi untuk mempromosikan keunggulan Rumah sakit kita agar masyarakat makin mengetahui keunggulan rumah sakit kita,” pungkasnya.
Tak hanya itu, Khofifah mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jatim sendiri tengah berusaha mengembangkan medical tourist di daerah. Hal ini dilakukan dengan membangun strong partnership dengan pihak lain.
Sementara itu, Direktur RSUD dr. Soetomo dr. Joni mengatakan, Program Inovasi Strategis RSUD dr. Soetomo untuk 2023 merupakan perwujudan dari arahan yang diberikan oleh Gubernur Khofifah.
Di mana, orang nomor satu di Jatim itu mengamanatkan agar pelayanan kesehatan sudah harus berbasis IT mandiri. Sehingga, efisiensi dapat tercapai dalam setiap program yang dicanangkan.
“Ini adalah master plan untuk ke depan. Juga sebagai penerus perjuangan untuk membesarkan Soetomo. Ini tinggal selangkah lagi, sesuai dengan amanat Bu Gubernur bahwa IT harus mandiri,” tuturnya. (*)