JAKARTA (WartaTransoaransi.com) – Tidak dapat dipungkiri “Tsunami Kanjuruhan” paling muda adalah dengan menuding sebagai biang kesalahan dari semuanya. Sebab dengan bahasa keamanan, siapa pun petugas ketika menembakkan gas air mata pasti akan berdalih bahwa demi keamanan.
Petugas dengan alasan bahwa suporter turun ke lapangan hijau, dianggap mengancam keselamatan dan keamanan suporter yang tidak bersalah, lalu menggunakan gas air mata. Walaupun manual pertandingan dan regulasi keamanan stadion tidak pernah memberikan latihan atau gladi bersih menembakkan gas air mata.
“Dalam regulasi keamanan stadion, hanya mengatur jika ada gempa bumi dan kebakaran bagaimana cara mengatasi dan mengevakuasi. Tidak dilatih menembakkan gas air mata. Dan itu sudah disampaikan pada saat rapat koordinasi dengan pihak keamanan,” kata Ahmad Riyadh UB Ph.D.
Semua Tim Investigasi juga sudah memfokuskan bahwa kematian 137 suporter Aremania murni disebabkan karena gas air mata. Bukan kerusuhan antarsuporter, bukan konflik suporter, bukan akibat tawuran antarsuporter.