“Saya mencoba, walau tak sukses, untuk melupakan itu, memilih untuk memikirkan hal yang dapat diciptakan, bukan dihancurkan, dan itu membawa kebahagiaan dan keindahan. Saya tergerak ke arah merancang busana, sebagian karena itu ialah format kreatif yang modern dan optimistis.”
Miyake belajar desain grafis di universitas seni Tokyo, lalu belajar soal busana di Paris. Miyake pernah bekerja bersama perancang fesyen Guy Laroche dan Hubert de Givenchy, lalu bertolak ke New York. Dia kembali ke Tokyo pada 1970 dan mendirikan Miyake Design Studio. Tak lama kemudian, dia membuka butik pertamanya di Paris.
Miyake yang menggagas busana nyaman dan high-tech ini bagian dari gelombang perancang muda Jepang yang meninggalkan jejak di Paris sejak pertengahan 1970-an.
Pada akhir 1980-an, dia menemukan cara baru membuat lipit dengan membungkus kain di antara lapisan kertas dan memasukkannya ke dalam mesin heat press, sehingga lipitannya tetap bertahan. Diuji untuk kebebasan bergerak mereka pada penari, penemuan ini menciptakan ciri khas Miyake, lini “Pleats, Please”. Pada era ini, dia bereksperimen dengan banyak bahan, mulai dari plastik, kawat logam bahkan kertas Jepang, seperti dikutip dari AFP.
Miyake telah mengembangkan banyak lini busana mulai dari busana untuk pria, wanita sampai tas, jam tangan, wewangian hingga pada 1997 dia memilih fokus pada penelitian. (ANTARA)