Ditambah lagi karena beliau adalah tokoh utama di Muhammadiyah. Almarhum selalu ingin Muhammadiyah dalam suasana sejuk dan bersatu. Beliau juga ingin seluruh umat Islam dalam suasana yang damai dan bersatu, kedamaian dan persatuan.
“Hal-hal tersebut menjadi salah satu hal yang diperjuangkan oleh tokoh-tokoh besar, tokoh-tokoh bangsa yang dimiliki oleh negeri ini,” tuturnya.
Gubernur perempuan pertama di Jatim ini mengutarakan rasa kehilangannya kembali. Menurutnya, kepergian Almarhum Buya pada di tengah kebutuhan akan referensi pemikiran beliau demi mengawal bangsa dan negara Indonesia.
“Maka tugas kita adalah bagaimana bisa menjaga, menindaklanjuti, dan terus bisa menyemai pikiran-pikiran besar beliau untuk menjaga integritas dari warga bangsa supaya suasana sejuk, damai, penuh persatuan dapat terjaga. Persaudaraan itu bisa kita jaga dan bisa kita lanjutkan perjuangan-perjuangan besar beliau,” jelasnya
Gubernur Khofifah ditemui langsung oleh istri almarhum Buya Syafii, Umi Nur Kholifah. Ia mengaku bahwa banyak sekali makna kehidupan yang diperoleh dari cengkrama singkatnya saat takziyah. Terutama tentang bagaimana sosok Buya Syafii Maarif dan Umi Nur Khalifah yang memiliki kemandirian luar biasa dalam menjalankan kehidupan baik di skala domestik maupun publik.
“Luar biasa saya rasa. Karena mempertahankan ketahanan keluarga ini bukan hal yang sederhana. Kemandirian yang dilakukan oleh beliau bukan hanya diceritakan atau dinarasikan tapi dijalankan oleh beliau dan rasanya tidak mudah kita mengikutinya, tapi pembelajaran kehidupan saya rasa harus terus kita lakukan untuk mencari versi terbaik bagi kita,” ungkapnya detil.
“Saya rasa cerita-cerita tentang bagaimana beliau membangun ketahanan keluarga melalui _harmonius partnership_ di antara Almarhum dan Umi Nur Khalifah ini, menjadi bagian penting bagi untuk kita terus ikuti dan menindaklanjuti di dalam perjalanan kehidupan kita masing-masing,” tambahnya
Di akhir kunjungannya, Khofifah mengatakan bahwa Almarhum Buya Syafii memiliki koleksi buku di perpustakaan pribadinya dengan jumlah sangat banyak. Rencananya, pihak keluarga akan menghibahkan kepada sekolah Mualimin di sekitar Yogyakarta. Secara khusus, Khofifah meminta kepada keluarga agar koleksi buku tersebut ada yang diberikan kepada Pondok Pesantren di Karangasem, Paciran, Lamongan.
“Supaya ruh dari semangat untuk mencari ilmu dan kemudian meluaskan wawasan dan mendedikasikan terbaik untuk kemaslahatan umat, bangsa dan negara itu tersemai. Jadi saya rasa karena referensi buku beliau luar biasa, maka ilmu tersebut bisa sampai ke anak didik disana,” pungkasnya. (min)