161 Pemuda Baret DPW Nasdem Jatim Ikuti Diklat Regu Penolong 

161 Pemuda Baret DPW Nasdem Jatim Ikuti Diklat Regu Penolong 
Diklat Regu Penolong DPW Nasdem Jatim berlangsung 10 hari di Lamonga. (foto/wartatransparansi/min)

“Alhamdulillah, tadinya kita pemuda garda Nasdem yang sangat lemah dalam manajemen dan kekompakan. Selama enam hari di sini, telah terbentuk jiwa korsa, jiwa persatuan, dan memiliki wawasan kebangsaan, wawasan kenasdeman. Sehingga, kami memiliki jiwa kemanusiaan yang siap menolong orang,” katanya.

Selain materi penyelamatan, banyak kesan yang didapatkan selama empat hari menjalani diklat tersebut. Mulai dengan penguatan mental, hingga memahami karakter teman.

“Awalnya, pada hari pertama sampai hari ketiga, kami merasa dongkol karena kami disuruh-suruh, dibentak-bentak, dan dimarahi. Tapi, semakin lama kami semakin sadar bahwa kemanusiaan itu butuh mental, disiplin dan sikap yang kuat untuk bisa mengatasi segala apapun medannya,” jelasnya.

Sementara koordinator pelatihan BASARNAS, Brian Gautama mengaku pihaknya sangat menyambut baik upaya NasDem untuk ikut serta berpartisipasi dalam aksi tanggap bencana.

“Kami pun juga merasa terbantu sekali. Ketika ada informasi pertama dalam sebuah kejadian, bahwa rekan-rekan baret rescue ini dapat menjadi pioner-pioner pertama di lapangan,” katanya.

Peserta dibekali pemahaman berbagai materi seperti Medical First Responder (MFR) atau cara memberi pertolongan pertama pada korban, lalu Water Rescue yakni penyelamatan di permukaan air.

“Inikan juga pelatihan dasar pertolongan pertama. Nah, ketika ada kecelakaan, mereka sudah siap dengan pertolongan apa yang harus dilakukan. Kemudian bisa menyampaikan informasi secara detail, sehingga kami atau tim bisa membawa peralatan apa yang nanti dibutuhkan ketika datang ke lokasi kejadian,” ujarnya.

Selain itu, juga ada materi High Angle Rescue Technique (HART) yang melatih bagaimana menolong korban melalui dinding gedung atau tebing, termasuk pelatihan untuk memperkuat fisik serta mental.

Tidak dipungkiri, lanjutnya, sejauh ini ketika terjadi bencana, banyak muncul tenaga sukarela terjun ke lokasi. Sayangnya, terkadang diantaranya ada yang tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sehingga justru malah membebani.

“Artinya begini, sebelum bisa menolong orang, kita harus bisa menolong diri sendiri. Jangan sampai kita mau menolong, malah ikut terjebak menjadi korban,” ujarnya.

Dari pembekalan materi tersebut, pihaknya berharap Baret Rescue mampu berkolaborasi dengan Tim SAR dalam aksi penyelamatan tanggap bencana.

“Tentunya ketika kami melepaskan kepercayaan kepada potensi-potensi yang sudah terlatih ini, kami akan merasa lebih nyaman dan tidak was-was lagi. Artinya, potensi-potensi baret rescue ini sudah sesuai dengan prosedur,” ujar Brian, sapaan akrabnya.

Brian menyebut, pelatihan selama 10 hari tersebut terdiri dari dua macam sesi, mulai materi ruangan hingga lapangan. Ia juga menyebut jika materi-materi yang disampaikan merupakan materi-materi dasar yang bisa dimanfaatkan Baret Rescue untuk bekerja secara taktis.

Materi-materi rescue itu diantaranya penyelamatan dari ketinggian, penyelamatan darat, hingga penyelamatan air, hingga penyelamatan di dasar air. (min)