Kurikulum Merdeka Atasi Ketertinggalan Pembelajaran, PB PGRI Menyoroti

Kurikulum Merdeka Atasi Ketertinggalan Pembelajaran, PB PGRI Menyoroti
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim

Masih kata Joko, pembelajaran yang dilakukan di sekolahnya dengan menerapkan project by learning. Misalnya dengan mengajak siswa ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) untuk mengetahui dampak sampah dan pemanfaatan atas limbah sampah. Selain itu, pada kearifan lokal, guru juga mengenalkan budaya lokal dari daerahnya.

Senada dengan Joko, perubahan juga dirasakan oleh Anggi, Guru SD Negeri 005 Sekupang, Kota Batam. Baginya, dengan menerapkan Kurikulum Merdeka guru dapat mengetahui minat, bakat, dan kemampuan siswa melalui asesmen pembelajaran.

“Dari situ kami jadi bisa memetakan kebutuhan siswa, sehingga guru dapat menyusun metode serta strategi pembelajaran sesuai minat dan profil siswa,” jelasnya.

Menanggapi perubahan yang dirasakan para guru, Menteri Nadiem berharap agar semua  guru di Indonesia mempunyai semangat memulihkan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan kurikulum merdeka dan platform Merdeka Mengajar akan membantu guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran.

“Saya optimis jika semua sekolah mengerjakan project-project seperti yang disampaikan oleh pak Joko dan bu Anggi. Maka budi pekerti, Pancasila, rasa bangga akan kebinekaan Indonesia akan tercipta,” kata Nadiem.

Sementara itu, dalam perbincangan bersama  Pro 3 RRI, Sabtu (12/2/2022), Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Jejen Musfah menyoroti program Kurikulum Merdeka yang nantinya di sekolah SMA tidak akan ada lagi jurusan atau peminatan seperti IPA, IPS, atau Bahasa.

Jejen menegaskan, tidak semua sekolah memiliki kapasitas untuk mendeteksi sejak awal minat siswa IPA, IPS, atau bahasa.

“Siswa mengalami kegalauan dan sangat dipengaruhi minat siswa, di satu sisi lain stabilitas dari siswa itu sendiri dari orang tua,” ungkapnya. **