Squash juga telah dipertandingkan di Asian Games sejak Tahun 1988
dan SEA Games sejak tahun 1997.
“Namun kontingen Indonesia belum pernah meraih medali emas. Maka, kini tiba saatnya kita mempersiapkan
pencarian bibit-bibit berbakat yang nantinya tidak hanya mengharumkan
nama daerahnya, tapi juga dapat diandalkan dalam pelatnas mendatang,” tutur LaNyalla.
Ia sangat menyayangkan pada perhelatan PON di Papua kemarin, cabang olahraga squash harus absen. Kendati begitu, LaNyalla mengajak semua pihak untuk tetap harus selalu optimis walaupun squash tidak mendapatkan panggung di PON Papua.
“Nantinya, squash Indonesia harus dapat berbicara di panggung Internasional,” tegas LaNyalla.
Kepada para pengurus Persatuan Squash Jawa Timur, LaNyalla berharap dapat menjalankan amanah organisasi dan berkontribusi besar terhadap prestasi atlet-atlet squash, khususnya di Jawa Timur. Prestasi kontingen squash Jawa Timur di PON 2016 yang sukses meraih emas, semoga dapat terulang kembali di ajang-ajang berikutnya.
LaNyalla berpesan kepada seluruh hadirin yang hadir bahwa satu hal yang dapat dipelajari dalam olahraga yaitu, tidak boleh menyerah dan harus berjuang hingga akhir.
“Dan harus selalu diingat, bahwa olahraga mengajarkan kedisiplinan, sportivitas, respect, tidak mudah menyerah, jiwa kompetitif yang tinggi, sekaligus semangat bekerjasama,” tutup LaNyalla.(nuri)