SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Musda Vl Partai Demokrat Jawa Timur baru saja di gelar, tepatnya Kamis (20/1/2022) di Shangri-LA Surabaya. Hasilnya Musda menetapkan dua calon yang diusulkan ke DPP Partai Demokrat di Jakarta untuk memilih yang terbaik.
Dua calon yang diusulkan itu yakni Bayu Airlangga (Anggota DPRD Jatim) dan Emil Elestianto Dardak (Plt PD Jatim dan Wagub Jatim). Bayu mendapat 25 dukungan DPC kab/kota dan Emil mendapat dukungan 13 DPC dan suara DPP belum di gunakan. Berikutnya tanggal 31 Januari dilakukan fit and propertes, tiga hari kemudian DPP memutuskan Ketua DPD definitif.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura, Surokim Abdus Salam menilai Musda demokrat Jatim kali ini krusial dan bisa jadi rumit. Pasalnya, kedua paslon (Emil dan Bayu,red) yang muncul masing masing punya plus minus bagi Partai Demokrat Jatim.
Walau kita semua tahu bahwa DPP yang akan menentukan semua. Namun, perolehan voters DPC jelas akan memberi tekanan pada DPP dan memberi sinyal kekuatan arus bawah partai. Bisa saja DPP mengabaikan itu, tetapi akan juga beresiko untuk konsolidasi Demokrat Jatim 2024, ungkap Surokim kepada media ini di Surabaya, Jumat (21/1/2022).
Maka menurut saya, DPP Partai Demokrat Jatim harus berhati-hati melihat dinamika yang terjadi dan juga tidak abai melihat dinamika arus bawah. Jika jumlah dukungan DPC tidak jauh, saya pikir mas Emil akan mudah mendapat dukungan DPP.
Namun jika dukungan DPC telak ke mas Bayu, saya pikir DPP akan juga gamang karena sejauh ini dalam Musda musda demokrat rata rata yang terpilih yang mendapat dukungan majority dari DPC.
Mas Emil memiliki dukungan dan restu dari DPP jelas itu akan menjadi daya tarik bagi DPC DPC sebagai representasi kekuatan elit arus atas.
Surokim menjelaskan bahwa Mas Bayu sepertinya juga punya dukungan kekuatan arus bawah yang lebih baik dan potensial mendapat dukungan majority DPC DPC. Apalagi dibelakang Mas Bayu ada kekuatan dan jaringan Pakde Karwo. Saya pikir pertarungan keduanya akan sengit dan jika tidak ada ikhtiar jalan tengah yang ciamik demokrat Jatim akan menghadapi situasi pelik dan juga rumit, kata Surokim yang juga peneliti senior SSC (Surabaya Survey Centre).
Dikatakan, jika Demokrat ingin resiko minimalis dan menjadikan Musda kali ini sebagai upaya konsolidasi menuju 2024 maka menyatukan keduanya tetap menjadi jalan ideal. Namun jika jalan itu buntu dan terjadi win and lose dan keduanya jalan sendiri sendiri, maka Demokrat Jatim akan habis energi untuk konsolidasi dan sulit untuk bisa ekspansif di 2024.
Menyinggung soal fit and proper test DPP menurut pandangan saya, sebenarnya adalah peneguhan power DPP dan sangat bergantung pada kehendak Mas AHY.
Melihat perjalanan selama ini, kans mas Emil lebih terbuka. Dan jika melihat perolehan dukungan mas Bayu sebanyak 25 DPC, itu juga bukan dukungan kaleng kalengan, cukup kuat menggambarkan arus bawah bahwa Bayu masih kuat dan dekat bersama DPC DPC.
Dalam menghadapi situasi dilematis, sulit unruk menentukan ketua DPD Jatim walau bisa saja DPP mengabaikan semua itu dan peluang mas Emil akhirnya jauh lebih besar di DPP. Sebaliknya jika dua kekuatan tidak diakomodir Demokrat Jatim memasuki tantangan yang termasuk pelik. tandasnya. (min)