Hanya mampu mengikuti dan mengikuti seperti alam di bawah sadar mengikuti nafsu dan nafsu. Apalagi kekuasaan membentang jalang.
Sebagai sebuah kontemplasi atas terjeratnya Bupati Probolinggo Puput Tantriana Sari dan Hasan Aminuddin, beserta 20 tersangka dalam operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Minggu dan Senin (29 dan 30/8/2021) dengan barang bukti Rp362,5 juta dan modus operandi suap menyuap seperti budaya kenduri (selamatan), begitu kelihatan meninggalkan akhlak mulia, mengedepankan ambisi-ambisi tanpa mampu berhenti walau sudah tahu berjalan di luar kendali.
Memainkan pelaksana tugas Kepala Desa, mensyaratkan “uang suap” rasanya aneh bin ajaib, tokoh sekaliber Hasan Aminuddin tersandung seperti pesawat menabrak mendung (awan hitam).
Sebuah kontemplasi sekakigus peringatan bagi semua manusia bahwa siapa saja bisa tersandung mendung ketika hati sudah tertutup ubun-ubun, jiwa sudah rabun, dan mata sudah sulit diajak menata makna.
Pengabdian dalam ibadah sudah terlanjur jungkir balik, seperti sirkus menari nari terbalik di atas tali karena daya kekuatan hipnotis. Nyata tetapi hati rasanya menangis dan menangis, tetapi terpaksa senyum meringis. Itulah sejatinya akhlak terbalik balik menukik.