Memang bukan sekedar kebetulan, tetapi sebuah kebenaran bahwa di antara tanggal bersejarah 6 Juni 1901 kelahiran Soekarno, 1 Juni 1945 Soekarno muda mencetuskan dan melahirkan Pancasila, dan 16 Juni 1970 wafatnya Sang Presiden. Pemerintah Federasi Rusia lewat keputusan Presiden Vladimir Putin memberikan
penghargaan Order of Friendship kepada Presiden RI perempuan pertama, Megawati Soekarnoputri.
Penghargaan itu tidak lepas dari strategi diplomasi Bung Karno ketika menjalin kekuatan Non Blok, mencetuskan gagasan Konferensi Asia-Afrika, menggelar event olahraga Ganefo. Hubungan dirajut kembali ketika Presiden RI ke 5, Megawati Soekarnoputri mendapat kepercayaan dan amanat memimpin bangsa dan negara Indonesia.
Salah satu diplomasi Bung Karno, ialah merawat dan membangun makam Imam Bukhori. Kisah itu berawal dari pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev mengundang Presiden Soekarno berkunjung ke negaranya. Atas undangan itu, Sang Presiden, tidak serta merta menerima. Tetapi memberikan syarat untuk menemukan makam perawi (periwayat Hadits atau As-sunnah). Apalagi, waktu itu Uni Soviet dan Amerika Serikat sedang berebut pengaruh.
Presiden Soekarno dengan cendik sebagai penganut Non Blok, supaya menjaga independen sebagai pemimpin dunia tidak blok kanan dan blok kiri,mengajukan syarat kepada Khrushchev, bersedia datang jika didahului ziarah ke makam Imam Bukhari di Samarkand, Uzbekistan. Khrushchev. Diplomasi berjalan alot karena Uni Soviet sedang kuat-kuatnya pengaruh komunis. Tetapi semua berakhir manis.
Cerita itu tetap bertahan hingga kini, bahkan disebut sebagai salah satu sumbangan penting Soekarno untuk umat Muslim dunia.
Bahkan, Diplomat Kementerian Luar Negeri Sigit Aris Prasetyo yang pernah mendapat tugas riset di Uzbekistan pada 2016 mengaku, Soekarno sangat dikenal oleh para pemuka Islam Samarkand. Saat bertugas di Uzbekistan ia sempat mengunjungi makam perawi hadis kelahiran Bukhara 810 Masehi itu dan mendapat cerita soal jejak Sukarno di sana.