Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulisan artikel ini sebetulnya untuk catatan pribadi, sebagai pengingat diri bahwa kehidupan dunia adalah kesempatan kita sebagai manusia untuk selalu menghamba kepada Dzat Yang patut disembah. Ketika guru saya mengajarkan dan menyampaikan tafsir dari ayat tentang hisab, selalu menjadi perenungan. Siapkah kita menghadapi hisab nanti?
Masih tergiang dalam telinga dan denyut jantung ini masih terus berdetak diiringi detak nadi yang terus berirama senada dengan gelombang hati dalam mengarungi samudra kehidupan. Ya, itulah ayat di Al-Quran Surah Al-Isro’ (17) ayat 14: Iqro ’ kitabaka kafa binafsika al yaum alaika hasiba. Maknanya, Dan dikatakan kepadanya (Muhammad SAW), maknanya; “Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu itu sebagai penghisab terhadapmu) hari ini engkau menjadi penghisab atas dirimu sendiri.”
Sang guru, Kyai Kampung, walau secara nasab disebut ahlul bait, tetap merendah diri. Lebih suka mengajari bocah-remaja desa mempersiapkan diri di masa depan dengan lebih mawasdiri dan bercermin untuk kemaslahatan dan kemanfaatkan. Kalau pun belum mampu berbuat baik kepada orang lain, maka jangan sampai perbuatan kita membuat orang lain tersinggung (sedih).
Saat beliau menyampaikan tafsir dengan gaya bertutur, saya termasuk santri yang saat itu hanya sebatas mendengar, kemudian terhanyut guyonan di beranda majelis tempat mengaji. Tapi, setelah tubuh ini mulai tergerus usia, kedewasaan merona dan berbagai-bagai peristiwa yang memunculkan kegaduhan, seperti ada hiptonis. Cermin hidup untuk kembali meminta berkaca diri dan memantulkan bias tubuh yang tiada berdaya.
Maka, benar adanya ketika Sang Proklamator Bung Karno, berfatwa: “Jangan engkau bertanya apa yang diberikan Negara (bangsa) kepadamu. Tanyalah, apa yang dapat engkau berikan kepada negerimu.”
Rujukan yang pantas guna menjadi perenungan, kembali kepada diri kita, membaca kitab diri sendiri. Sebagaimana hakekat dari “Iqro’ kitabaka” (bacalah kitabmu!). Mari bersama membaca diri kita sendiri, jangan sibuk membaca tabiat orang lain. Janganlah membawa-bawa kebenaran nama golonganmu, sementara manusia hidup bukan sekedar membutuhkan dalil kebenaran, namun kedamaian, kebersamaan, kearifan dan dapat menerima perbedaan.
Waktunya, dalam bingkai persaudaraan dan kebangsaan, mengedepankan jiwa saling merangkul bukan memukul. Dawuh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Miftachul Akhyar, bahwa kehadiran para mubaligh (dai) bukan sekedar cakap dalam berdalil dan lihai ber-mauidloh hasanah (menyampaikan kebaikan). Lebih urgen adalah keikhlasan menjadi uswah hasanah (contoh/ tauladan yang baik). Menciptakan suasana damai, kondusif dan mencari penyelesaian masalah dengan solutif yang rahmatan lil ‘alamiin. Menjadi sumber mata air jernih, mampu mengisi tenggorakan kering kehausan.
Menurut Kiai Miftah, juga Rais Amm PBNU ini, waktunya melakukan kajian Islam secara mendalam dan menyeluruh sehingga menemukan hakikat Islam. Ya, dari petuah beliau, saya semakin menyadari makna dari “Iqro’ kitabaka”. Singkirkan perbedaan pada level kulit (syariat), dewasalah perbedaan mazhab, pendapat dan sebagainya.
Alangkah memalukannya jika seorang yang mulai memasuki “isi” masih selalu sibuk berdebat masalah kulit. Bagaimana bisa menghisap dirinya sendiri, jika terlalu sibuk dengan urusan orang lain.
Tentulah, menjadi manusia yang merugi. Ingatlah firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Ashr (103) Demi Masa (1) Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian (2), Kecuali manusia yang beriman, orang yang beramal shaleh (mengerjakan kebajikan), dan hamba Allah saling menasehati dalam kebenaran dan selalu mengingatkan dalam kesabaran (3).
Jangan sampai catatan dirimu, baik hanya menurut dirimu sendiri. Tapi, banyak membawa celaka baik orang lain. “Bacalah kitabmu, pada hari ini cukuplah dirimu sbg penghisab atas dirimu sendiri”. Subhanallah. Maha Benar Allah dengan segala firmanNya.
Apakah ada figur-figur manusia yang merugi? Ikuti Catatan Renungan akhir tahun berikutnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish-showab. (Oleh HS. Makin Rahmat, Ketua SMSI Jawa Timur)