Oleh : Khoiruddin Anas (Staf Pengajar Ekonomi Pembangunan Universitas Darul ‘Ulum Jombang)
Tahun ini adalah tahun yang sangat berbeda dalam perlakuan Hari Raya Idul Fitri. Banyak jiwa yang merasa kurang fitri di hari yang fitri ini.
Semua orang sepakat untuk memaafkan orang tua, saudara, teman bahkan kawan yang bermusuhan, semua nama yang dikenang atau yang terlupakan semua dimaafkan dengan cara bermacam, dengan tag mohon maaf lahir batin, yang di pasang di instagram, Facebook, status WA dan lainnya. Tapi semua sepakat untuk tidak memaafkan satu nama yaitu Corono.
Corona telah menyebabkan banyak kerugian; material dan imaterial. Mungkin ituyang menyebabkan dia tidak termaafkan.
Banyak ayah yang kehilangan pekerjaan, tidak dapat bertemu dengan keluarga dan terdampar di kota asing. Banyak kekasih yang tertunda untuk menikah. Banyak guru dan murid yang rindu untuk nyecep ilmu secara langsung dan banyak sekali kekecewaan yang belum terwakilkan untuk mengungkapkan rasa mangkel yang terpendam.
Saya lihat, saya dengar semua ingin melawan Corona, mengalahkan corona dan sampai sekarang belum bisa mengalahkan dan bahkan mengidentifikasinya saja masih simpang siur. Satuan pemerintah melalui peraturan dan undang-undang mencoba mengatasi corona. Ternyata puss tidak ada hasil bahkan menciptakan koruptor-koruptor baru daerah karena penyalah gunaan anggaran
BLT DD (Bantuan Langsung Tunai Dana Desa)
Alokasi pemberian BLT selama pandemi corona terbagi dalam tiga tingkatan dengan merujuk pada besaran dana desa yaitu desa yang memiliki anggaran kurang dari Rp800 juta BLT dialokasikan sebesar 25 persen. Desa dengan anggaran Rp. 800 juta hingga Rp1,2 miliar mengalokasikan BLT sebesar 30 persen.
Sementara desa dengan anggaran diatas Rp1,2 miliar BLT mengalokasikan 35 persen. Dana desa akan fokus ke tiga hal yaitu Penanganan virus corona, Program Padat Karya Tunai Desa dan BLT. BLT Dana desa tersalurkan sesuai peruntukkannya adalah menjadi harapan besar.
Di lapangan banyak kesimpang siuran dan ketidakjelasan siapa penerima BLT. Banyak pengaduan tapi sudah terlambat. Uang sudah terlanjur diacairkan dan kupon penerima sudah tersebar.
Jombang merupakan kabupaten kedua setelah Madiun yang menerima BLT DD. Alokasi Dana Desa Jawa Timur tahun 2020 sendiri untuk penanganan Covid-19 semula sebesar Rp 7,654 triliun berkurang menjadi Rp 7,570 triliun. Potensi maksimal unt BLT DD bisa mencapai Rp 2,285 triliun untuk 1.265.845 keluarga miskin dan terdampak Covid-19 di 7.724 Desa. Penyerahan BLT DD kepada 224 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari 2 desa, yaitu Desa Bawangan dan Desa Kebonangung, Kecamatan Ploso. (Tribun 27/04/2020).
Akan tetapi Jombang pada realitanya pada perkembangan corona tiap hari terus meningkat. Pada hari raya idul fitri ini, saya rasa tidak salah jika kita memaafkan corona dari hati yang palingdalam. Maafkan corona ya…..
Memaafkan Corona
Memaafkan atau meminta maaf dalam istilah ilmiahnya adalah forgiviness telah di teliti banyak pakar psikologi sosial seperti McCullough dkk., Enright, Ulrirch. Forgiviness menarik diteliti karena, memaafkan sering diasumsikan memiliki efek intrapersonal positif pada penyesuaian psikologis individu yang memaafkan dan banyak manfaat untuk kesehatan untuk persoanal yang minta maaf.
Seperti yang terungkap dalam penelitian di University of Massachusetts, yakni memaafkan bisa menurunkan tekanan darah dengan lebih cepat. Efek percepatan itu bisa mencapai 20 persen pada wanita, sementara pada pria efeknya lebih kecil.
Tekanan darah, denyut jantung dan kontraksi otot biasanya meningkat ketika seseorang terlibat konflik atau tegang, sehingga risiko serangan jantung dan stroke menjadi lebih tinggi dan imun seseorang akan menurun.
Gejala tersebut akan mereda ketika konflik berakhir, atau akan lebih cepat jika kedua pihak yang berkonflik saling bermaafan. Menurut sebuah penelitian di University of Valencia, permintaan maaf lebih efektif jika disampaikan melalui telinga kanan.
Karena sensor pendengaran di sebelah kanan terhubung dengan belahan otak kiri, bagian yang berhubungan dengan logika, hal itu akan menyebabkan permintaan maaf ditangkap dan diproses dengan lebih rasional. (detik.healt 10/09/2010).
Dikutip dari Mayo Clinic, Jumat (10/9/2010), memaafkan adalah sebuah proses perdamaian dengan diri sendiri. Diawali dengan pengakuan akan adanya rasa sakit, seseorang yang memberi maaf justru akan merasa lebih rileks untuk menerima kondisinya.
Definisi lain dari “forgiveness” adalah sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi dimana suatu organisme menjadi (a) semakin menurun motivasi untuk membalas terhadap suatu hubungan mitra; (b) semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku; dan (c) semakin termotivasi oleh niat baik, dan keinginan untuk berdamai dengan pelanggar, meskipun pelanggaran termasuk tindakan berbahaya (McCullough, tanpa tahun).
Dalam Al-Quran, ayat minta maaf hampir tidak di temakan tapi ANJURAN meminta maaf banyak ditemukan seperti pada ayat: Q.S Al-Baqarah: 109, Q.S Ali Imran: 133-134 , Q.S Ali Imran: 159 dan lain sebagainya. Sumber permintaan maaf adalah kesadaran hati dan jiwa. Dalam islam ada yang disebut trikotomi manusia, yakni hati, akal dan shudur (dada).
Hati (qalb) berarti bolak-balik, yang mengisyaratkan bahwa hati mudah terpengaruh. Karena itu hati dapat dipengaruhi baik oleh jiwa maupun roh, dengan segala konsekuensinya.
Ketika hati mendapat pengaruh dari roh, dia akan tercerahkan karena roh berasal dari Tuhan yang Esa dan menjadi prinsip kesatuan, roh akan membimbingnya kepada tauhid. Jika sudah begitu, maka hati akan menjadi jiwa rasional (al nafs al nathiqiyyah), atau dengan kata lain jiwa menjadi akal.
Tapi ketika hati mendapat pengaruh dari jiwa, maka ia akan terkuburkan dengan jiwa yang bersentuhan dengan materi yang merupakan sumber keanekaan, maka hati akan terpecah jauh dari ketauhidan, bisa jadi hati manusia akan menyekutukan Tuhan, karena pemujaannya kepada selain diri-Nya, sehingga dia akan menodai keikhlasan dan ketauhidannya. Jiwa yang seperti ini yang disebut dalam Al Qur’an sebagai shudur (dada), tempat setan membisik-bisikkan rayuannya (Kartanegara dalam D.Septeria 2012).
Cara memaafkan corona
Konsep memafkan yang akan saya kemukakan mungkin tidak umum bagi pembaca, konsep ini bersumber pada paduan konsep kepondokan, kethoriqohan dan keilmuwan yaitu konsep ajaran trisula Universitas Darul ‘Ulum Jombang.
Memaafkan corona dan siapapun itu mahluk Allah setidaknya dapat melakukan 5 hal yaitu dengan mlekaukan konsep taat, konsep tekun, konsep sabar dan konsep ikhlas.
- Konsep taat
Taat pada umumnya di artikan sebagai sendiko dawuh, manut, nurut, sam’an wa thoatan pada dawuh, omongan, yang menjadi aturan atau yang jadi aturan oleh guru atau pemerintah.
Dalam hal pandemi corona atau Covid-19 telah dikeluarkan aturan-aturan baik dalam bentuk peraturan presiden (perpres), peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan presiden (keppres).
Berikut sejumlah aturan yang diterbitkan pemerintahan Jokowi untuk menangani virus Corona di
Tanah Air :
1) Keppres Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19