KHOFIFAH VS RISMA (PART TWO)

KHOFIFAH VS RISMA (PART TWO)

Oleh Dhimam Abror (Wartawan Senior)

Jawa Timur menjadi episentrum baru penyebaran covid 19.
Jatim menjadi runner up nasional di bawah DKI. Banyak klaster baru yang ditemukan di Jatim. Surabaya sebagai kota terbesar menjadi sarang paling besar.

Dua emak, Gubernur Khofifah dan Walikota Risma, mestinya rukun menuntaskan pagebluk ini, tapi kelihatannya susah untuk mengajak mereka akur.

Persaingan politik membuat emak-emak itu sulit dipertemukan.
Pilkada Surabaya, yang seyogyanya digelar September, diundur sampai Desember. Tapi aromnya sudah terasa menyengat sekarang.

Risma bakal mempertaruhkan reputasinya untuk memenangkan sang protege, putra mahkota, Eri Cahyadi. Sementara Khofifah tidak tinggal diam, ia menyiapkan jago untuk merebut Surabaya yang sangat strategis ini. Khofifah bakal mendorong Machfud Arifin untuk menantang Eri.

Atas jaminan Risma, Eri mungkin bakal dapat rekom PDIP. Melihat kedekatan Risma dengan Megawati, kelihatannya Risma bakal dapat cek kosong yang bisa diisi nama siapa saja. Sejauh ini hanya nama Eri di kantong Risma.

Khofifah terlalu cerdas untuk membiarkan Risma bermanuver sendirian. Selama ini Surabaya menjadi kerikil dalam sepatu Khofifah. Machfud Arifin menjadi pipihan yang cukup lumayan untuk menantang jago Risma.

Machfud, seolah tinggal menagih dividen dari hasil kerjanya memenangkan Jokowi di Jatim dalam pilpres 2019. Sekarang Machfud seperti sudah aman memegang rekom dari partai-partai non-PDIP. Ia tinggal menunggu siapa yang menjadi pendampinya. Khofifah-lah yang punya privilege untuk menyodorkan nama pendamping Machfud. Bisa jadi Gus Hans, orang dekat Khofifah, atau Lia Istifhama, salah satu kerabat Khofifah.

Pertempuran memperebutkan teritori Surabaya bakal seru dan sulit ditebak hasilnya. PDIP sudah menguasai Surabaya 20 tahun, dan selama 10 tahun terakhir Risma sudah menjadi legenda di Surabaya. Dukungannya terhadap Eri akan seperti “idu geni”, ludah api nan sakti yang bisa memengaruhi pilihan warga Surabaya.

Eri relatif tidak dikenal–meskipun gambarnya sekarang banyak muncul di kantong beras bansos–dan kiprah birokrasinya tidak ada yang menonjol. Tapi, ia akan menjadi kuat dengan back-up dari Risma. Andai tidak terbentur aturan, sangat mungkin Risma akan turun ranjang menjadi wakil Eri.

Skenario itu dipakai PDIP pada pilwali 2005 ketika Bambang DH–inkamben walikota saat itu–turun kelas menjadi wakil Risma. Kartu lawas itu tidak bisa dimainkan lagi karena Risma terbentur aturan. Risma agak puyeng mencari wakil yang pas untuk Eri.

Machfud akan jadi lawan yang tangguh, karena amunisi dan logistik yang– kabarnya–melimpah dari banyak sponsor. Apalagi kalau Khofifah all out mendukung, bakal makin seru.

Ini bukan pertempuran lokal. Ini pertempuran nasional dengan pemain lokal. Ini adalah partai balas dendam, pertempuran lanjutan dari pilgub 2018 antara PDIP yang menjagokan Gus Ipul-Puti Guntur melawan koalisi Jokowi yang menjagokan Khofifah-Emil Dardak.