Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
AKAL itu adalah daya yang membedakan antara jiwa manusia dari jiwa binatang. Dimana Akal itu juga berfungsi untuk menangkap pengetahuan, baik teoritis maupun praktis.
Akal memiliki empat tingkatan. Tingkatan pertama, seperti yang dimiliki bayi, masih merupakan potensi dan disebutnya akal garizi (akal instink/bawaan). Tingkat kedua yang dimiliki oleh anak-anak mummayyiz adalah akal yang sudah memiliki pengetahuan daruri (aksioma), seperti empat lebih banyak dari satu, akal ini disebutnya akal zahiri. Tingkat ketiga adalah akal yang sudah memiliki pengetahuan yang diperoleh (al-ulum al-mustafadat) melalui pengalaman, baik teoritis (benar-salah) maupun praktis (baik-buruk). Tingkat keempat adalah akal yang mampu mengendalikan nafsu-nafsu badan berdasarkan pengetahuan yang sudah diperoleh itu
Al-Qur’an tidak saja menganjurkan penggunaan akal, tetapi juga mengecam yang tidak menggunakannya untuk meraih ilmu dan hikmah. Ini antara lain terbaca dalam firmanNya :
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakalah yang dapat menerima pelajaran.”
(QS.Az Zumar : 9) (Penulis : Ferry Ismirza)