Minggu, 6 Oktober 2024
31 C
Surabaya
More
    HeadlineMenghadirkan  Keteladanan Muhammad  Dalam Kehidupan Berbangsa

    Oleh: Nur Khalis - Pengurus Partai Golkar Provinsi Jawa Timur

    Menghadirkan  Keteladanan Muhammad  Dalam Kehidupan Berbangsa

    Duabelas (12) Robiul Awal merupakan titik awal  peradaban umat manusia, setelah dunia  mengalami masa fatroh kenabian ( kekosongan  Nabi ) yang tercatat dalam syiroh nabawiyah  kurang lebih sekitar 5  abad  lamanya. Karena di  Bulan Robiul awal lahir sosok seorang insan paripurna.

    Hadir sebagai nabi dan  rosul sekaligus  serta pemungkas dari utusan-utusan  Allah sebelumnya  dengan  misi  utama menyempurnakan  peradaban manusia  yang berakhlak mulia.  Insan kamil itu bernama Nabi Muhammad yang ajarannya melintasi batas  wilayah, zaman  dan generasi,  sehingga wajar kalau  Cendikiawan Muslim Pakistan M.  iqbal menyebutnya  Muhammad sebagai moqodimah alam  semesta.

    Muhammad diangkat  menjadi  Nabi dan  Rasul  Allah tidak  terjadi tiba-tiba, melainkan melalui  proses  penempaan yang panjang, lahir  dalam kondisi yatim,  di  tengah-tengah  masyarakat  yang mengalami  krisis  moral dan sosial yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan dan banyak cobaan-cobaan lainnya adalah instrumen penting yang membentuk kematangan kepribadiannya sampai akhirnya di  angkat menjadi  nabi  dan rosul  saat umur 40 tahun.

    Dari  sinilah proses membumikan misi kenabian dan kerasulan dimulai  dengan  keteguhan  prinsip yang  dilakukan oleh Nabi Muhammad, memulai dengan menata dan merombak  struktur masyarakat yang  korup. Nabi  hadir  dengan membawa sistem kepercayaan alternative yang egaliter dan  membebaskan.  Karena ajaran  yang  disampaikan  nabi membawa  pesan  bahwa  segala  bentuk ketundukan dan  kepatuhan hanya  kepada Allah bukan kepada manusia.  Sistem  ajaran yang  dibawa nabi   adalah  menegakkan nilai-nilai sosial: persamaan hak, persamaan derajat  diantara sesama  manusia, kejujuran dan  keadilan dengan  merombak masyarakat  pagan  jahiliyah  menuju masyarakat beradab.

    Gerakan reformasi inilah yang membuat  para  penguasa  mekah geram dan merasa   terancam  kepentingannya. Sehingga kehidupan  Nabi Muhammad dan para  pengikutnya diboikot, di intimidasi, bahkan  taruhannya  nyawa yang  dialami oleh Nabi  Muhammad  dan  pengikutnya. Karena konsep ajaran yang dibawanya menyatakan bahwa status manusia tidak di ukur  oleh kekayaaan  maupun jabatan melainkan diukur oleh kesalehannya. Inilah reformasi yang mengguncang  dunia walau dalam kurun waktu yang  cukup singkat 23 tahun.

    Puncak keagungan Muhammad  sebagai peletak dasar-dasar nation  state adalah  karya agungnya sebagai masterpiece seorang pemimpin berkelas dunia tiada  tanding sampai hari  ini  adalah  shohifatul Madinah (piagam madinah) dengan  platformnya yang berbasis  pada keadilan, kebersamaan,  persaudaraan  lintas agama, lintas  suku dan lintas budaya.  Bahkan masyarakat madinah saat itu lebih  dominan  non muslim  daripada  yang  muslim  karena  terdiri dari  tiga suku  yaitu  suku Yahudi yang sudah lama  menetap  di Madinah,  suku  Quraizah dan suku  Nadhir, sedangkan Umat  Islam hanya  terdiri  dari muhajirin dan Ansor yakni  pribumi dan  pendatang.

    Tapi dengan piagam madinah Muhammad  mampu memperlakukan sama sebagai konsensus politik kolektif yang lahir dari sosio-kultural masyarakat Madinah yang majemuk. Narasi agung piagam madinah inilah membentuk karakter  politik yang bersifat demokratis, menolak segala pemerintahan yang otoriter.

    Prinsip musyawarah, amanah, transparan dan kejujuran dalam berpolitik menghantarkan, dan mempersonifikasi dirinya sebagai pemimpin terbaik dunia sepanjang perjalanan peradaban umat manusia. Dengan Keluhuran akhlaknya Michael Hart menempatkan Muhammad The Most Influential Persons In History Tokoh peraih Award peringkat pertama pemimpin yang paling berpengaruh di Dunia.

    Hal ini dibuktikan  ketika melakukan Fathu Mekah ( penaklukan  Mekah). Ditengah pasukannya yang  begitu  geram dan dendam  atas masa lalu yang  menyakitkan, nabi berdiri tegak mengingatkan pengikut dan pasukannya dengan suara lantang Hazha Yaumul marhamah la yaumul malhamah ( ini hari menebar kasih sayang bukan hari untuk melakukan peperangan dan pertumpahan darah. Inilah sebuah revolusi terbesar yang dibangun diatas kearifan, kebijaksanaan yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan yang diakui dunia.

    Maulid Nabi adalah momentum untuk menghadirkan memori kolektif kita akan perjuangan Nabi Muhammad menginstusionalisasikan akhlak mulia dengan menjalankan perintah iqro’dan ajaran Islam rahmatan lilalamin.  Akhlak Nabi  Muhammad dalam  membangun masyarakat madani relevan  untuk diaktualisasikan dalam konteks  ke-Indonesiaan. Kepemimpinan Nabi Muhammad di Madinah selalu mengedepankan keadilan, toleransi, persaudaraan, musyawarah, tanggung jawab, kejujuran dan kemaslahatan umat. Orientasi yang didahulukan tersebut selalu berlandaskan  budi pekerti/akhlak dalam membangun kemajuan madinah.  Idealitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang beradab akan lahir bila ada proses keadaban  dalam kehidupan.

    Nilai keteladanan Nabi Muhammad harus mampu  dihadirkan dalam  kehidupan berkebangsaan  yang berakhlak, toleran,  jauh dari  arogansi, kebohongan  publik, fanatisme, primordialisme dan tidak manipulative serta memanusiakan manusia.

    Empat nilai prinsip keteladanan Nabi Muhammad yang telah membonsai dan menghiasi dirinya baik sebelum dan setelah diangkat menjadi rasul yang perlu kita teladani dan menjadi  rujukan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah selalu menjaga integritas ( kejujuran ) ketekunan dan keteguhannya menjalankan tanggung jawab (amanah), kecakapannya membawa pesan-pesan universalisme Islam ( fatonah ) dan menghantarkan diri Nabi Muhammad sebagai Insan paripurna (insan kamil)  dengan Islam transformatifnya ( Tabligh ). Disinilah keistimewaan seorang  manusia bernama Muhammad. Ajaran yang dibawanya plus keteladanan etis yang diwariskannya merupakan kontribusi penting bagi keberlangsungan peradaban semesta.

    Melalui refleksi maulid  nabi, semoga  menjadi  perantara, dalam mencintai dan menghadirkan keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam idealitas kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengingatkan kembali posisi kita sebagai kholifah di Muka Bumi. Shollallahu alaika ya Rosulallah. (*)

     

     

    COPYRIGHT © 2019 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan