Catatan Ringan Haji 2019 bersama Menpora
LABBAIK ALLAHUMMA LABBAIK. Saat ini rangkaian ibadah haji di tanah suci Mekah telah usai. Berjuta kisah menjadi bagian bumbu kehidupan setelah jemaah kembali ke tanah air Indonesia. Tentu punya harapan dan doa menjadi haji Mabrur (diterima) oleh Allah serta tiada balasannya, kecuali surga.
Bagaimana sekilas pelaksanaan ibadah haji 1440/ 2019 di Haromain (Mekah – Madinah), Makin Rahmat, wartawan senior Koran Transparansi & media siber www.wartatransparansi.com, saat ini masih berada di Mekah al Mukarromah, tepatnya kawasan Zonasi Embarkasi Surabaya, melaporkan perjalanan penuh perjuangan dan kenikmatan untuk menyempurnakan rukun Islam kelima. Kebetulan, dalam kloter 70 Sub, Menpora Dr. H. Imam Nahrowi bersama Istri dan saudaranya ikut dalam rombongan.
Bagi rombongan gelombang satu dengan jalur ke Madinah untuk menyelesaikan program Arbain (sholat 40 waktu berjamaah) di madjid Nabawi al Munawaroh atau gelombang kedua menempuh rute langsung Mekah, puncak dari kegiatan adalah menjelang pelaksanaan wukuf di Padang Arofah pada 9 Dzulhijjah 1440 atau 10 Agustus 2019.
Secara teknis, pihak kloter yang membawahi dekitar 450 jemaah, terbagi dalam 10 rombongan dengan 4 regu, mempunyai kewajiban kordinasi dengan Ketua Kloter selaku TPHI, didukung TPHII (bidang ibadah) dan TKHI (tim kesehatan). Secara umum, nyaris 95 persen jemaah memilih program standar, yaitu berangkat langsung ke Padang Arofah pada 8 Dzulhijjah, sedang sisanya memilih Tarwiyah, yaitu pada 8 Dzulhijjah pagi dengan dukungan armada dari Maktab berangkat ke Mina, baru tanggal 9 Dzulhijjah pagi ke Padang Arofah.
Bagi jemaah haji yang mengalami gangguan baik secara fisik, usia dan sakit ada beberapa pilihan, yaitu program tanazul atau emergenci melalui Safari Wukuf karena pertimbangan medis. Secara umum, proses pengangkutan transportasi dari hotel ke Maktab di Atofah tidak ada kendala berarti. Bahkan, suhu cuaca yang diprediksi panas dengan kisaran 48 – 52 ‘C langit Atofah diselimuti mendung.
Semua memang atas kehendak Allah SWT. Menjelang wafatnya Syaikhona Hadratus Alamak Romo KH. Maimoen Zubair, pada 6 Agustus 2019, Mekah dikepung awan. Sebelum Subuh, sebagai mana kabar beliau mbah Moen wafat terjadi hujan deras di sekitar masjidil Haram. Allahu Akbar.
Badai Rahmat di Padang Arofah
Kembali pelaksanaan wukuf. Sekitar hampir 4 juta manusia berkumpul di Padang Arofah, termasuk memenuhi Jabal Rahmah. Gunung dan lembah Arofah menjadi putih. Pemandangan hanya ditemukan dalam setahun sekali saat wukuf. Alunan dzikir, khotmil Quran, istghotsah, dan kalimah Thoyyibah terus berkumandang.
Puncak wukuf, diawali dengan khutbah Wukuf dilaksanakan petugas kloter atau ulama yang disepakati dilanjutkan shalat jamak Takdim Qhosor Dzuhur-Ashar. Subhanallah, beberapa jemaah yang memilih di luar tenda wukuf bisa menyaksikan ke-Agungan Ilahi. Langit yang awalnya tanpa kompromi dengan sinar matahari, berubah menjadi gumpalan awan disertai angin badai. Tidak berselang lama, sekitar pukul 15.40 waktu Saudi Arabia (WSA) turun hujan cukup deras disertai topan.
Alhamdulillah, kondisi rangka tenda dari baja galvalum dilengkapi AC blower, tidak memberikan pengaruh berarti. Walaupun listrik padam, kami dloifullah merasakan badai Rahmat dengan disaksikan para malaikat menjadi saksi kami ibadah haji dengan wukuf di Padang Arofah, miniatur manusia saat di hari pembalasan Padang Mahsyar.
Kata Menpora, badai dan hujan saat wukuf merupakan rahmat Allah. Maka, harus disyukuri dan menjadi ibrah (pelajaran), bahwa begitu sayang dengan hambaNya.
“Siapa yang menduga saat wukuf terjadi hujan dan badai, karena prakiraan cuaca, haji tahun ini merupakan puncak panas, suhu diprediksi sampai 52 ‘C. Jadi, hujan badai ini Rahmat dari Allah,” tandasnya, saat bersama penulis keliling ke tenda-tenda jemaah haji.
Kami yang berada di maktab 28, bukan hanya jemaah dari Surabaya, ada di embarkasi Jakarta, Padang dan Ujung Pandang. Menjelang Maghrib, jemaah diarahkan shalat Jamak Takdim Qhosor dengan Isha. Sesuai undian, jemaah bergiliran menuju bus maktab diarahkan mabit (bermalam) di Muzdalifah pada 10 Dzulhijjah.