“Ibu dulu waktu bersekolah, supaya bisa ikut latihan macam-macam seperti voli, paduan suara, nilai rapornya tidak boleh turun. Itu sudah komitmen, akademis harus jalan dengan non akademis,” katanya.
Risma yakin bahwa hal itu bukan sesuatu yang sulit dan bisa dilakukan oleh semua pelajar. Tinggal semuanya pintar-pintar mengatur waktu. Jika prestasi akademis turun, orang tua akan sedih dan belum tentu mengizinkan untuk ikut kegiatan ekstrakurikuler kembali. “Bisa kan kalian? Harus bisa. Itu bukan hal yang sulit,” tegasnya.
Atas prestasi itu, Risma berharap, semua anggota Tim Paduan Suara dan Vokal Grup One Voice harus bisa menjadi inspirasi bagi siswa-siswi yang lain. Terutama dalam hal seimbangnya prestasi akademis dan non akademis.
“Tunjukkan pada semuanya bahwa berprestasi di bidang non akademis tidak mempengaruhi prestasi akademis,” pesannya.
Kepala SMPN 1 Kota Surabaya Titik Sudarti menjelaskan, sejak pertama dibentuk ekstrakurikuler paduan suara pada empat tahun lalu, raihan empat emas dan The Most Expresion ini merupakan prestasi tertinggi. Apalagi itu didapat dalam even kelas internasional. Tentu saja, prestasi siswa ini merupakan bentuk sinergitas yang baik antara Pemkot Surabaya dengan sekolah dan orang tua.
“Banyak babak yang harus kami lalui hingga sampai kepada tingkat grand prix di kompetisi tersebut,” ujarnya. (wt)