Surabaya- Ribuan warga ramaikan Festival Rujak Uleg 2019 di jalan Kembang Jepun, Minggu (17/3/2019) pagi. Agenda tahunan menyambut Hari Jadi Kota Surabaya ke-726 ini, dikemas apik dan menarik dibanding tahun-tahun sebelumnya, sehingga sukses memecahkan dua rekor MURI.
Wali Kota Tri Rismaharini dan para tamu undangan dari konsulat jenderal negara sahabat yang ada di Surabaya, Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan tamu VIP, terlibat nguleg bareng di cobek “raksasa”. Setelah itu, Risma membagikan rujak diuleg itu kepada salah satu warga yang menyaksikan festival itu.
Dalam sambutannya, Risma mengatakan, tahun lalu Pemkot Surabaya tidak bisa menggelar Festival Rujak Uleg. Bahkan, Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) tahun lalu diselimuti oleh duka karena mendapatkan cobaan.
“Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan kepada seluruh warga Kota Surabaya, kita semua ini bersaudara, kita tidak boleh saling bermusuhan, kita tidak boleh membenci dan dendam, tidak ada agama apapun yang mengajarkan benci dan dendam,” katanya.
Risma juga mengajak kepada seluruh warga Kota Surabaya untuk bergandengan tangan. Sebab, dengan cara bergandengan tangan itu akan bisa maju lebih cepat lagi. Bukan malah sebaliknya, memendam rasa benci dan memendam rasa iri, karena kalau itu yang dilakukan maka tidak akan pernah maju.
“Ayo kita bersama-sama melupakan perbedaan. Mari kita tingkatkan persamaan, kita buat persamaan itu menjadi kekuatan kita untuk lebih maju lagi ke depannnya,” kata dia.
Risma juga menjelaskan, bahwa rujak itu sudah mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat karena gizinya sudah lengkap. Di dalam rujak itu terdapat sayuran, daging, dan kacang-kacangan, sehngga rujak itu termasuk makanan yang gizinya sudah lengkap. “Rujak uleg ini sudah masuk dalam hak paten, hak merk di Kota Surabaya. Jadi Insya Allah tidak ada yang bisa ngambil,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan, Festival Rujak Uleg kali ini sukses memecahkan dua Rekor Muri sekaligus, yaitu cobek terbesar dan peserta terbanyak.
Khusus untuk cobek terbesar, Pemkot Surabaya kali ini menggunakan cobek raksasa yang terbuat dari Batu Gunung dengan diameter 250 cm, berat 1,5 ton, tinggi cobek 30 cm, tinggi dudukan cobek 140 cm. Cobek ini dapat digunakan sebanyak 20-25 orang. “Rekor cobek terbesar ini baru pertama yang didapatkan oleh Pemkot Surabaya,” kata Antiek.
Sedangkan Rekor MURI kedua adalah peserta terbanyak. Khusus untuk peserta yang ikut dalam festival kali ini ternyata membengkak. Awalnya, panitia hanya menerima sebanyak 1.692 orang, namun karena antusiasme para peserta yang tinggi, akhirnya dibuka lagi hingga mencapai 1.800 lebih.
“Kalau kita tidak tutup, pesertanya pasti lebih banyak lagi. Rekor peserta terbanyak ini, kami memecahkan Rekor MURI sebelumnya, yang mana dulu tahun 2013 kami sudah mendapatkan Rekor MURI dengan peserta 1.300, tapi kali ini 1.800 lebih,” kata dia.
Antiek juga bersyukur bahwa antusiasme para peserta dan warga yang menyaksikan festival itu sangat tinggi. Ia juga menjelaskan bahwa para peserta yang banyak itu kemudian dipilih 60 besar yang terbaik. 60 besar dari perwakilan grup itu mendapatkan uang pembinaan dan selanjutnya dipilih lagi menjadi 12 grup juara festival. “Nah, 12 grup yang juara ini mendapatkan uang pembinaan dan juga sepeda onthel,” pungkasnya. (wt)