Untuk itu, ia siap melalui Pemprov Jawa Timur membuat regulasi untuk bisa melarang pengiriman ekspor biji atau katak porang yang digunakan untuk pembudidayaan tanaman porang.
Selama bercengkrama dengan para petani porang, Khofifah banyak dicurhati tentang masalah penyakit yang kini menyerang tanaman porang. Yang dampak dari penyakit tanaman ini bisa menurunkan 75 persen produksi porang petani.
Jika semula per hektar bisa menghasilkan porang sebanyak 15 ton, gara-gara hama yang tidak diketahui petani itu, produksi panen porang hanya tersisa 5 ton per hektar, maksimal.
“Nah untuk masalah ini saya akan tugaskan Kepala Dinas Kehutanan karena memang sudah dalam komitmen akan bertemu dengan tim dari Universitas Brawijaya, kalau bisa pusat studi porang nya diaktifkan , saya juga berharap Universitas Brawijaya mengirim tim kalau ada yang mau melakukan penelitian untuk S1, S2 bahkan S3 untuk kajian khusus porang sehingga kita punya center of excellent untuk porang dan mengatasi masalah petani,” kata wanita yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial ini.
Sebab sampai saat ini petani belum bisa melakukan apapun terhadap hama di tanaman porang. Lantaran belum ada yang mengkaji hama tersebut dan apa obat yang tepat.
Tidak hanya itu, untuk fasilitasi para petani porang pasca panen, Khofifah bersama Pemprov Jawa Timur siap mengirimkan bantuan berupa slicer atau perajang dan juga oven untuk pengering yang tujuannya untuk meningkatkan nilai ekonomis porang saat dijual ke pengepul atau ke konsumen.
Terutama lantaran selama ini petani kerap mengalami kesulitan mengeringkan porang. Padahal harga jualnya saat kondisi kering bisa mencapai lima kali lipat. (ais)