Surabaya – Panitia Tetap Anugerah Jurnalistik Adinegoro ikut menyemarakkan Hari Pers Nasional 2019 di Surabaya dengan menggelar diskusi hasil kemenangan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2018. Acara berlangsung di Kampus Universitas Kristen Petra, merupakan kerja sama PWI dengan UKK Petra dan Radio Suara Surabaya.
Kami menyambut baik penyelenggaraan ini karena tentu akan berguna bagi mahasiswa komunikasi massa, demikian sebagian sambutan Rektor UKK Petra, yang disampaikan oleh Dekan FISIP UKK Petra Dr.Ido Prijana Hadi. UKK Petra tidak hanya mengerahkan mahasiswanya, tapi juga mengundang perguruan tinggi lain di Surabaya dan Malang.
Sekjen PWI Pusat, Mirza Zulhadi, dalam sambutan pembukaan, juga menyampaikan kegembiraannya bekerja sama dengan UKK Petra dan Suara Surabaya dan berharap hasil diskusi ini berguna.
Gelaran hari itu yang dimoderatori wartawan senior LKBN Antara, menampilkan para pemenang Anugerah Jurnalistik Adinegoro yang menyampaikan proses kreatif masing-masing dan juga para juri yang menyampaikan alasan pemenangan tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, pertanyaan banyak diajukan kepada Marah Sakti Siregar, Ketua Dewan Juri Kategori Indepth Reporting (media cetak) karena untuk kali ini tidak melahirkan pemenang. Alasannya, menurut Marah Sakti Siregar, Ketua Dewan Juri Indepth Reporting, antara lain karya yang masuk tidak ada sudut pandang yang baru, usaha mengejar kelengkapan sangat kurang, dan penyajian penulisan sangat kurang.
Sebetulnya ada yang cukup baik, tapi hanya mendapat nilai 70, masih di bawah nilai yang diharapkan dewan juri, yaitu 80, ujar Marah Sakti, yang pernah berkarier di Majalah Berita Tempo dan Majalah Berita Editor yang dibredel pada 1994. Anugerah Adinegoro ini adlaah penghargaan besar, jadi kami tidak ingin memenangkan bila tidak mencapai nilai yang diharapkan, ujar Marah Sakti.
Karya yang dinilai cukup baik itu, meskipun bukan pemenang, mendapatkan penghargaan dari juri, yaitu karya Ahmadi Sultan (Geliat Pemilu di Tapal Batas Republika Indonesia; Gairah Tinggi, Menabur Harap Lima Tahun Sekali, Harian Batam Pos, 30 November 2018) dan karya Hussein Abri Yusuf Muda Dongoran (Catatan Bukan Si Boy, Majalah Tempo, 15-21 Oktober 2018).
Sebagaimana telah disiarkan, juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2018 telah menyelesaikan penilaian enam kategori karya jurnalistik pada Januari 2019 di Kantor PWI Pusat, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
Kelima pemenang yang menerima piala di depan Presiden saat acara puncak HPN 2019 (9/2) adalah Anton Bahtiar RifaI (Kategori Televisi, Suara Dari Rimba, Liputan 6 SCTV) dengan juri Imam Wahyudi, Nurjaman Mochtar, dan Immas Sunarya.
Benny Hermawan (Kategori Radio, Suara Disabilitas Mental dalam Demokrasi Rasional, RRI Surabaya) dengan juri Errol Jonathans, Awanda Erna, dan Chandra Novriadi.
Selain itu, Wahyu Kokkang (Kategori Karikatur, Hantu Pilpres 2019, Harian Jawa Pos), dengan juri Dolorosa Sinaga, Agus Darmawan T, Gatot Eko Cahyono.
Dimitrius Wisnu Widiantoro (Kategori Foto, Kampanye Damai Jadi Pendidikan Politik, Harian Kompas) dengan juri Enny Nuraheni, Tagor Siagian, dan Melly Riana Sari.
Sri Iswati (Kategori Siber, Kejar Kemenangan Agung, Kalah Pun Terhormat, jayakartanews.com) dengan juri Dr. Agus Sudibyo, Dr.Mulharnetty Syas, dan Petty Fatimah. (jt)