Risma mengatakan, fenomena ini terjadi, di antaranya karena faktor lingkungan, seperti eks lokalisasi. Bahkan dari hasil pemeriksaan psikolog, lima anak tersebut diketahui memang mempunyai masalah dengan keluarga. “Jadi mereka dulunya punya masalah dengan keluarga,” imbuhnya.
Menurutnya, untuk menyelesaikan masalah anak, juga harus diimbangi dengan menyelesaikan masalah keluarga.
“Jadi kita nanti akan selesaikan masalah-masalah dengan para orang tuanya. Tadi saya juga sudah nitip ke (pihak) sekolah, agar dia bisa diterima kembali,” terangnya.
Ia menjelaskan, dua anak yang sudah putus sekolah itu selanjutnya akan diambil alih oleh Pemkot Surabaya untuk dilakukan penanganan lebih lanjut. Agar ke depannya, anak-anak ini tidak kembali mengulangi perbuatannya dan mau untuk kembali bersekolah. “Nanti mungkin saya tawarkan dia tinggal di kampung anak negeri. Supaya anak-anak ini mungkin punya talenta apa bisa kita kembangkan dan masih bisa sekolah,” jelasnya.
Salah satu tim petugas kesehatan, dokter Tanti Melani mengungkapkan, sesaat setelah menghirup lem, penggunanya akan merasa “fly”. Karena kandungan LSD (Lysergic Acid Diethilamide) yang ada dalam lem masuk melalui hidung akan mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan perilaku seseorang. LSD adalah golongan zat aditif lainnya yang dapat menimbulkan halusinasi.
“Bahkan jika penggunaan dilakukan dalam jangka panjang, efeknya bisa menyebabkan depresi pernafasan, otak dan paru. Nanti efeknya itu juga bisa addict (kecanduan),” katanya. (wt)