Warga Irak memilih dalam pemilu pertama sejak kalahkan ISIS

Warga Irak memilih dalam pemilu pertama sejak kalahkan ISIS
Warga Irak memilih dalam pemilu pertama sejak kalahkan ISIS

Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir akan mendorong Iran untuk mempertahankan pengaruh politik dan militernya yang luas di Irak, negara Arab yang paling penting bagi Teheran.

Abadi dianggap para analis sedikit memimpin, tetapi kemenangan jauh dari pasti untuk pira yang membangkitkan harapan bahwa ia dapat menempa kesatuan ketika ia menduduki jabatan.

Tetapi, ketika dia mengulurkan tangan kepada kaum Sunni minoritas, dia mengasingkan kaum Kurdi setelah menghancurkan usaha mereka untuk kemerdekaan.

Dia memperbaiki posisinya dengan kemenangan melawan ISIS, yang telah menduduki sepertiga dari Irak.

Tapi, Abadi tidak memiliki karisma dan gagal memperbaiki ekonomi serta mengatasi korupsi. Dia juga tidak bisa hanya mengandalkan suara dari komunitasnya saat basis pemilih Syiah tidak biasanya terpecah tahun ini. Sebaliknya, dia berusaha untuk menarik dukungan dari kelompok lain.

Bahkan, jika Aliansi Kemenangan Abadi memenangkan kursi terbanyak, ia masih harus merundingkan pembentukan pemerintahan koalisi, yang harus diselesaikan dalam waktu 90 hari dari pemilihan umum.

“Ini wajah yang sama dan program yang sama. Abadi adalah yang terbaik dari yang terburuk; setidaknya di bawah pemerintahannya kami memiliki pembebasan (dari ISIS),” kata Hazem al-Hassan, penjual ikan berusia 50 tahun di Baghdad.

Amiri menghabiskan lebih dari dua dekade melawan Saddam dari pengasingan di Iran. Pria berusia 63 tahun itu memimpin Organisasi Badr, yang merupakan tulang punggung pasukan sukarelawan yang memerangi ISIS.

Dia berharap dapat memanfaatkan keberhasilan di medan perangnya. Kemenangan untuk Amiri akan menjadi kemenangan bagi Iran, yang terkunci dalam perang proksi untuk pengaruh di Timur Tengah, demikian Reuters.(ant/kh)