Dalam kesempatan sama, Pakde Karwo juga mengajak agar MPU ikut menjawab tantangan Indonesia kedepan, diantaranya menguasai pasar ASEAN, yang 40 persen atau captive market ASEAN atau sekitar 261 juta penduduk ASEAN berada di Indonesia. Untuk itu, harus ada rekonstruksi baru terhadap pasar yang ada di Indonesia, sehingga tidak semata-mata menjadi pasar besar bagi negara lain. “Kita wajib menjadi pemenang di ASEAN, seperti yang sudah dilakukan Jawa Timur” ujarnya. Dicontohkan, neraca perdagangan Jawa Timur surplus sebesar US$ 1,551 milyar pada tahun 2017.
Kelemahan Indonesia, lanjutnya, adalah masih dilakukannya impor bahan baku produksi dari negara lain. Sebagai contoh, Jatim masih mengimpor kalium florida dari Laos, bahan untuk pupuk. Apabila, MPU bisa memberikan masukan dan menyiapkan bahan bahan tsb maka tidak akan ada impor komoditi ini. Padahal, ternyata bahan tersebut ada di Sulteng, dan Maluku Utara. Untuk itu, wajib dibuat sistem informasi tentang ketersedian material yang ada di Indonesia, yang di Jatimdinamakan sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok (Siskaperbako).
Ditambahkan, apabila hal ini tidak dilakukan, maka selamanya Indonesia akan terus membeli bahan baku dari negara lain, dan Indonesia akan selalu terbawa arus dengan digital economy, yang lebih digital trading dibanding digital industri, sebagaimana banyak dipublikasikan banyak media televisi yang mempromosikan produk-produk dari negara lain.
Rapat Gabungan Forum Kerjasama Daerah Mitra Praja Utama ke XVIII diadiri Assiten I / Pemerintahan dan Kerjasama, Asisten II/ Perekonomian dan Pembangunan Sekda Prov NTB, Kepala Bappeda, Kadis Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Sekda Prov. NTT. Rapat berlangsung mulai tanggal 19 21 April 2018. (den/min)