Warga Swiss gelar pameran songket Minang

Warga Swiss gelar pameran songket Minang
Arsip: Busana muslimah "Minang Heritage" karya Ria Miranda di Jakarta Fashion Week 2013

London – Pasangan suami istri asal Swiss, Bernhard dan Erika Bart serta Trini Tambu, wanita minang asal Kota Gadang, Sumatera Barat, menggelar pameran puluhan kain songket Minangkabau di, Lyssach, Swiss, pada akhir pekan lalu.

Pameran kain songket yang digelar pertama kalinya di Swiss, itu bertajuk “Gold and Silk: the Revitalization of the Songket weaving in West Sumatra”, demikian keterangan KBRI Bern yang diterima Antara London, Senin.

Dubes Indonesia untuk Konfederasi Swiss dan Keharyapatihan Liechtenstein, Muliaman Dharmansyah Hadad, menyampaikan penghargaan pada Bernhard dan Erika Bart atas upaya melestarikan dan mempromosikan Budaya Indonesia khususnya Songket Minangkabau, yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Indonesia, tapi menjadi jembatan budaya bagi Indonesia dan Swiss.

Bernhard Bart (71), merupakan arsitek Swiss, mendedikasikan lebih dari dua puluh tahun hidupnya merestorasi kembali motif Songket lama Sumatera Barat.

Kecintaannya terhadap Songket dimulai tahun 1996, ketika pertama kali mengunjungi Sumatera Barat belajar Bahasa Indonesia. Bernhard yang acapkali melanglang buana dan menyukai kerajinan tangan, menambatkan hatinya pada tenun Songket Sumatera Barat, khususnya Songket asal Koto Gadang.

Di mata Bernhard, Songket tidak hanya sekedar seulas kain, namun Songket merupakan bagian dari sejarah dan ritual adat masyarakat Minangkabau. Dahulu kala, masyarakat Minangkabau tidak menulis filosofi hidup dan budayanya di atas secarik kertas, namun diturunkan dari generasi ke generasi?melalui karya ukir dan tenun Songket.

“Meneliti Songket merupakan hal menyenangkan, karena Songket dengan motif paling sederhana pun memiliki makna filosofis dan budaya, yang sangat menarik untuk dipelajari,” ujar Erika Bart.