Pakde Karwo : KLB Difteri Jadi Anomali di Jatim

Pakde Karwo : KLB Difteri Jadi Anomali di Jatim

Diperkirakan total kebutuhan anggaran untuk menangani difteri sebanyak Rp 98 milyar, dengan pembiayaan sharing antara Pemprov sebesar Rp. 49 milyar dan sebesar Rp. 49 milyar lainnya menjadi tanggungan pemerintah kab/kota se-Jatim.

Sasaran penggunaan anggaran ORI tersebut ditujukan untuk 38 kab/kota di Jatim, dengan target sebanyak 10.717.765 orang, yakni usia 1-19 tahun. “Seluruh anak di Jatim usia 1-19 tahun untuk diimunisasi semuanya. Mereka yang diprioritaskan untuk diberikan vaksin imunisasi ORI,” tegasnya sambil menjelaskan imunisasi diberikan sebanyak tiga kali pemberian dengan interval pemberian 5 bulan.

Makna dilakukannya pemberian imunisasi massal ORI, jelas Pakde Karwo, untuk merespon kejadian luar biasa difteri ini sehingga penyakit tidak semakin meluas, dapat memutus penularan difteri, dan terjadi penurunan kasus difteri. “Pelaksanaan imunisasi ini harus benar-benar dikontrol, diberikan selama tiga kali. Dengan demikian, penanganan difteri ini bisa dilakukan dengan tuntas,” pesan orang nomor satu di Jatim tersebut.

Dalam kesempatan ini, Pakde Karwo juga mengharapkan dilakukannya penelitian penyebab anomali tsb, termasuk angka ibu hamil dan anak yang cukup tinggi. “Misalnya, apakah ibu meninggal karena clamsia dan preclamsia. Juga anaknya meniggal karena kurang gizi yang diaebabkan ditinggal ibunya bekerja,”ujarnya.

Di Jawa Timur, kasus difteri tertinggi terjadi di Sampang, Gresik, Nganjuk, Pasuruan, Surabaya, yakni kasus lebih dari 21 penderita. Sementara itu, daerah dengan kasus antara 10-20 penderita berada di Bojonegoro, Sidoarjo, Jombang, Batu, Kota Malang, Kab. Malang, Lumajang, Kab. Blitar, dan Kota Blitar. (min)