JAKARTA (WartaTransparansi.com) – Arena Kongres Biasa Pemilihan akan menjadi penentukan masa depan sepakbola Indonesia. Tancap gas dengan percepatan pola pembinaan, jauh lebih profesional dari Instruksi Presiden yang sudah berumur 3 tahun, tetapi belum ada gereget untuk mencapai pola pembinaan yang mampu membuat warga negara penggemar olahraga paling populer ini, menjadi semangat untuk menjaga martabat.
Masa depan sepakbola Indonesia, tentu saja harus berani mengubah sejarah dari sepakbola perjuangan, sepakbola amatir bond perserikatan, sepakbola Pancasila dengan jumlah suara seluruh kabupaten/kota se nusantara, sepakbola semi profesional, sepakbola gabungan kepentingan dan NKRI dengan model profesional FIFA.
Cholid Ghoromah menyatakan PSSI harus mengubah model pemilihan dengan menetapkan pemilik suara adalah klub profesional Liga 1 dan Liga 2. “Sedangkan suara Asprov karena transformasi dari peraturan lama sepakbola Pancasila dengan mempersatukan seluruh nusantara, menuju sepakbola modern sesuai statuta FIFA, maka pola pembinaan dikembalikan ke amatir dengan ditangani bidang atau wakil ketua umum khusus membina klub amatir, melalui Asprov hingga Askab dan Askot,” katanya.
Itu berarti, lanjut dia, PSSI dari bentukan suara klub profesional, tertuang atau tertulis dalam statuta akan memberikan bagian atau prosentase dari pendapatan kepada pembinaan amatir dengan menyebutkan secara resmi sesuai ketentuan yang diatur.