SUMENEP (Wartatransparansi.com) – Masyarakat petani di Kab. Sumenep mengeluhkan kelangkaan pupuk bersubsidi jenis ZA atau pupuk merah untuk tanaman. Ada dugaan, kelangkaan pupuk itu karena adanya penimbunan yang dilakukan oleh di9stributor.
Anwar, pegiat sosial dan petani di Desa Bataal Timur, Sumenep, mengatakan bahwa di saat masyarakat petani ingin memperoleh pupuk untuk pembibitan tembakau, ternyata terjadi kelangkaan.
Dia pun menduga, kelangkaan pupuk jenis ZA di sejumlah kios itu akibat ulah para distributor yang melakukan penimbunan. “Jelas, dengan kelangkaan itu sangat berdampak pada melonjaknya harga pupuk di saat musim panen tiba,” tandasnya, Kamis (13/6/2024).
Untuk itu, sambung Anwar, Pemkab Sumenep harus benar-benar melakukan upaya dengan menambah kouta pupuk bersubsidi. Permasalahan ini tidak boleh dibiarkan karena hanya akan meresahkan masyarakat petani.
“Masyarakat petani sangat berharap adanya penambahan kuota pupuk bersubsidi. Kelangkaan yang terjadi ini sudah meresahkan, apalagi bersamaan dengan musim kemarau panjang, dan musim penghujan, karena pada saat itu masyarakat tani benar-benar membutuhkan adanya pupuk bersubsidi,” ujarnya.
Belum lagi, lanjut Anwar, kelangkaan pupuk juga berdampak pada naiknya harga bunga (bibit tembakau).
“Karena itu, kami selalu berharap agar Pemkab Sumenep untuk tetap siaga melakukan antisipasi dalam penyediaan pupuk bersubsidi, sehingga tidak meresahkan masyarakat petani,” katanya.
Terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Sumenep, Chainur Rasyid saat di konfirmasi mengatakan, bahwa pupuk bersubsidi jenis ZA alias pupuk merah memang tidak ada untuk tanaman tahun ini.
Karena itu, dia mengakui adanya kelangkaan pupuk jenis ZA. Tetapi, kelangkaan bukan terjadi karena adanya dugaan penimbunan yang dilakukan oleh distributor.
“Yang terjadi sebenarnya adalah adanya keterbatasan pupuk dari pusat. Karena jumlahnya terbatas, itulah kemudian ketersediaan pupuk bersubsidi di Sumenep menjadi langka. Tapi pemerintah daerah akan terus melakukan upaya untuk meningkatkan kebutuhan pupuk sesuai dengan RDKK yang ada dalam kelompok tersebut,” Chainur Rasyid yang akrab disapa Inong. (*)