Khofifah Proyeksikan Universitas Trunojoyo Madura Jadi Sentra Hilirisasi Rumput Laut dan Garam

Khofifah Proyeksikan Universitas Trunojoyo Madura Jadi Sentra Hilirisasi Rumput Laut dan Garam
Suasana pertemuan Khofifah Indar Parawansa dengan pimpinan Unijoyo, Kamis (22/2/2024)

Ke depan juga Khofifah berharap ada lembaga resmi yang kredibel memberikan sertifikasi tentang kadar salinitas garam Madura.

Dengan nilai kadar garam yang tertentu, dan kadar PH air bersih tertentu, maka penelitian multi purpose ini bisa dikembangkan menuju nilai ekonomis tersendiri.

“Ini akan jadi good news bagi ekonomi Jawa Timur yang dimulai dari petani garam kemudian hilirisasi rumput laut ini akan luar biasa,” ujarnya.

Dalam peresmian proyek bertajuk Memupuk Harapan: Energi Terbarukan, Air Bersih, dan Garam Berkualitas untuk Komunitas Pengolah Garam Madura, Melalui Budidaya Rumput Laut, di Universitas Trunojoyo, ini dihadiri Konsul Jenderal Australia Fiona Hoggart dan Dr Agus Zein, perwakilan Pemerintah
Kabupaten Bangkalan.

Para akademisi dan peneliti
terkemuka dari Universitas Newcastle, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta RMIT University juga ikut menghadiri acara tersebut.

Dr Safi SH, MH, Rektor Universitas Trunojoyo Madura (UTM) merasa bangga dan surprise karena proposal penelitian terpilih dan masuk 38 project penelitian kolaborasi yang disetujui dari 600 proposal yang masuk.

Menurutnya dengan tema petani garam dan rumput laut, menjadi salah satu dari 6 sektor yang memanfaatkan kekuatan alam dan energi produktivitas garam, sebagai warisan berabad-abad.

“Terima kasih kepada konsul Jenderal dari Australia, Fionna Hoggart, Bu Caroline Chine, Janna Hertz, dari Koneksi, Departemen KKP Pak M Zaki Hasim,” ujarnya.

“Kita berharap bahwa proyek penelitian ini akan mampu meningkatkan taraf hidup petani garam di Madura,” imbuhnya.

Sementara itu, Fiona Hoggart dalam sambutanya mengatakan,”dengan program kerja sama ini, kita dapat mengatasi tantangan, menciptakan peluang baru untuk pertumbuhan, dan meningkatkan taraf hidup di Indonesia dan Australia.”

“Istimewanya dari proyek ini ada keterlibatan perempuan dalam komunitas petani garam. Selain mendukung ekonomi inklusi, proyek ini juga meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut sekaligus mendukung praktik pertanian garam tradisional,” tandas Fiona.

Sementara itu, Prof Wahyudi Agustiono, seorang peneliti dalam proyek ini, menekankan potensi transformatif dari pendekatan holistik terhadap pengelolaan sumber daya pesisir.

“Sistem terpadu ini berpotensi meningkatkan kelestarian lingkungan, ketahanan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir,” ujarnya.

Proyek tersebut adalah kolaborasi antara Universitas Newcastle, Universitas Trunojoyo Madura, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta RMIT University, dengan dukungan dari KONEKSI.

KONEKSI adalah sebuah kemitraan antara Australia dan Indonesia untuk memfasilitasi kerja sama antar organisasi penelitian dari kedua negara untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan inklusif serta mempererat hubungan kedua negara di bidang riset, science dan inovasi. (*)