Ia menjelaskan, film Ramtemario mengangkat kearifan lokal dengan lokasi syuting di lokasi pariwisata seperti Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Maros hingga Enrekang. Lokasi syutingnya pun berada di puncak gunung Rantemario yang masuk tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia serta di kawasan wisata Malino, Gowa dan Rammang-rammang, Maros.
Film ini kata Rukman, mengangkat cerita novel Rantemario In Love yang diterbitkan oleh Lembaga Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) tahun 2019. Sedangkan anggaran pembuatan film tersebut berkisar Rp3-4 miliar. Ia berharap seluruh pihak mendukung film yang telah memberdayakan 100 persen talenta lokal di Sulsel itu.
Pemeran utama film Rantemario, Zulkarnaini alias Jo dan Ghita Putri Catleya mengaku sangat antusias karena dapat berpartisipasi pada film yang mengangkat tema drama petualangan pencinta alam dan kearifan lokal. Sebab, ini menjadi pengalaman pertama keduanya berperan sebagai pemain utama.
Ghita berperan sebagai Luna menuturkan sangat menyukai kepribadian peran Luna sebagai sosok perempuan yang diidamkan. Sedangkan Jo berperan sebagai Rainer memiliki karakter anak muda zaman sekarang yang hedon dengan latar belakang keluarga tidak utuh.
“Perannya sangat menantang karena mesti persiapan fisik. Untuk persiapan syuting di gunung, saya hampir tiap hari latihan treadmill, dan olahraga serta mencari informasi apa saja yang perlu disiapkan,” kata Ghita.
Hal senada disampaikan Jo bahwa persiapan mental serta kebugaran fisik menjadi hal utama untuk dijaga, karena baru kali ini memerankan peran naik di atas gunung sekaligus syuting di sana, meski demikian ia sangat senang melakoni peran tersebut. (*)