Catatan Tim Investigasi PSSI, pintu 12-14 menjadi salah satu penyebab puncak dari kepanikan, sehingga ketika ribuan orang panik karena gas air mata begitu memburu waktu. Pintu keluar tidak mampu dimaksimal, sehingga penonton berdesak-desakan, berhimpitan, dan di luar dugaan sampai jatuh kemudian terinjak-injak.
Peristiwa sangat menyayat dan sangat menyedihkan itu, dapat disimpulkan dari analisis Tim Investigasi PSSI, bukan kerusuhan akibat pelaksanaan rule of The game, rusuh karena kepemimpinan wasit, rusuh karena bentrok antarsuporter, rusuh karena pertandingan tidak fair play, rusuh karena sarana prasarana atau fasilitas stadion tidal memenuhi syarat menggelar pertandingan dengan rivalitas ketat.
Tetapi, kata Ketua Umum PSSI Mochmad Irawan sebagai laporan Ketua Tim Investigasi Sonhadji bahwa korban meninggal sampai 132 orang (sebagaimana data terbaru, Selasa 11 Oktober 2022), dikarenakan kepanikan setelah menembakkan gas air mata ke arah stadion sisi selatan 7 kali tembakan, sisi utara 1 kali dan lapangan tengah atau lapangan pertandingan 3 kali.
Sebagaimana rapat Tim Investigasi PSSI, Selasa (4 Oktober 2022) di Hotel Atria Malang, memberikan kesimpulan awal dalam berita acara atas Tragedi Kanjuruhan
Bahwa rapat Tim Investigasi pada hari Senin, 3 Oktober 2022, di Hotel Atria Malang, telah menghasilkan kesimpulan awa sebagai berikut;
Pertama, penonton atau suporter dari sektor timur tribun turun ke lapangan untuk memberikan semangat kepada pemain Arena FC setelah dikalahkan Persebaya 2-3, supaya tetap semangat. Walaupun tradisi ini baik, tetapi sebuah kesalahan dan kekhilafan karena tidak sesuai Peraturan tentang keamanan dan keselamatan dalam pertandingan),
sehingga ke depan menjadi bagian dari larangan keras.
Akibat penonton turun ke lapangan hijau dan pemukulan terhadap suporter fanatik itu oleh petugas, membuat penonton atau suporter melawan dan mengakibatkan kerusuhan di tengah lapangan hijau.
Melihat suasana kacau di tengah lapangan hijau penonton atau suporter yang masih tenang di tribun, kemudian bereaksi dengan meminta pertolongan dan teriak memprotes pihak keamanan.
Akibatnya muncul teriakan minta tolong, karena suporter atau penonton menghendaki temannya tidak dipukul. Dan sejumlah penonton atau suporter di lapangan mulai melawan dan merusak.
Kedua, kepanikan berakibat kerusuhan di sejumlah tribun dan lapangan hijau, semakin membuat suasana chaos setelah polisi menembakkan gas air mata sekitar menit ke- 7 hingga 12 setelah pertandingan berakhir. Hal itu mengakibatkan kerusuhan memuncak. Gelombang gas air kata itulah seperti “Tsunami di Stadion Kanjuruhan”.