Kamis, 30 November 2023
29 C
Surabaya
More
    Jawa TimurSidoarjoGus Ali Beri Sinyal Khusus ke Khofifah Indar Parawansa: “Beliau Cerdas, Tapi...

    Gus Ali Beri Sinyal Khusus ke Khofifah Indar Parawansa: “Beliau Cerdas, Tapi Harus Hati-hati Menjelang 2024!”

    PRESTASI mentereng Gubernur Jawa Timur Hj. Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Gubernur Emil E Dardak, mengelola Jawa Timur tidak diragukan lagi. Secara khusus, Khofifah mampu mengendalikan gejolak moneter dan tingkat kepuasan warga Jatim terhadap kinerja Khofifah sangat tinggi, mencapai 82,8 %.

    Selain mampu memahami kultur dan khataristik masyarakat dalam menghadapi berbagai problem sosial, heterogen dank khas santri, Ketua Umum PB Muslimat empat periode ini memiliki prestasi dahsyat, inflasi Jatim bisa ditekan dari 2,86% tahun 2018, menurun menjadi 2,12% pada 2019.

    Selain berbagai prestasi yang telah direngkuh Jawa Timur, bagaimana sepak terjang Khofifah dalam bingkai politik, kenegaraan, dan figure yang mampu menjadi magnet membawa Jatim menjadi miniatur Indonesia? Romo KH. Agus Ali Masyhuri, Kiai Khos, pemangku Pondok Pesantren Progresif Bumi Sholawat Sidoarjo, Jawa Timur, dalam wawancara khusus dengan WartaTransparansi, memberikan sinyal khusus kepada Khofifah, terutama percaturan suhu politik menjelang 2024.

    Sacara tersurat dan tersirat, Gus Ali – sapaan khusus dari trah Mbah Muhdlor yang telah menjadi panutan para pejabat Negara ini, menilai bahwa Khofifah harus cerdas dan tidak boleh terbawa arus dalam mengarungi bahtera berpolitikan dan strategi percaturan Negara menata persatuan bangsa dalam bingkai NKRI.

    “Sebelum menjabat Gubernur Jawa Timur, Khofiah sudah malang melintang dengan segudang pengalaman dan prestasi. Saya punya kewajiban untuk mengingatkan dan menyelamatkan supaya tidak terjebak dari analisa dan logika politik yang bisa menjerumuskan. Walau beliau cerdas, tapi harus hati-hati menjelang gonjang-ganjing di tahun 2024,” ungkap Gus Ali, saat ditemui hari Ahad (20/02/2022) atau 19 Rajab 1443 di rumah induk Ponpes Progresif Bumi Sholawat.

    Lebih detail, inilah kutipan wawancara dengan Gus Ali:
    WartaTransparansi (WT):

    Assalamualaikum warohmatullah wabarokkatuh, kadhos pundi kabaripun Gus?

    Gus Ali (GA): Waalaikumsalam warohmatullah wabarokaatuh. Alhamdulillah sehat, kebetulan kaki kiri agak bengkak (sambil menunjukkan kaki beliau) akibat sparring patner bulutangkis dengan atlet nasional di Ponpes Lirboyo. Insha-Allah cepat kempes (sembuh).

    WT : Mohon izin mengganggu kesibukan Gus. Bisa dijelaskan tentang pandemi Covid-19 gelombang ketiga, apa virus omicron akan bangkit, khususnya di Jatim?
    GA : Kebetulan saya baru pulang umroh, maka merasakan sendiri bagaimana prosedur, persyaratan, dan pelayanan terhadap pencegahan melalui swab antigen, swab PCR dan menjalani isolasi atau karantina. Maka, saya lebih sependapat dengan argumentasi dari Bu Fadilah (Siti Fadilah Supari), mantan menkes bahwa adanya virus omicron sebagai pertanda kekebalan adanya virus covid-19 tidak beda dengan flu, cukup dilawan dengan obat, vitamin, dan cukup istirahat.
    Jadi, untuk Jawa Timur dengan pengalaman penanganan dan pencegahan Covid-19 sebelumnya, saya menyakini akan melandai. Kalau ada persoalan, sebetulnya bukan di Jawa Timur tapi kepentingan bisnis yang ada di pusat.

    WT : Maksudnya?
    GA : Secara kalkulasi, masyarakat mulai memahami bagaimana penanganan dan pencegahan dari virus Corona, tapi kita tidak bisa melepaskan diri dari protokol kesehatan, untuk mengikuti vaksin dan saat bepergian harus menjalani tes swab antigen atau PCR. Pada akhirnya, tentu penyediaan vaksin harus beli dan didistribusikan. Wajar kalau kemudian muncul stigma di balik musibah wabah Covid-19 ada bisnis. Tidak main-main dalam sebulan, informasinya ada Rp 10 triliun. Itu hanya dikuasai segelintir orang.

    WT : Oke Gus, kembali pada Jawa Timur sendiri, apakah mampu bangkit dengan kondisi saat ini?
    GA : Dengan kepiawaian Khofifah dan sinergi dengan Kepala Daerah, Dinas terkait serta peran serta masyarakat. Khofifah punya kemampuan dan kepemimpinan yang luwes sesuai dengan rel dan target yang akan diraih. Jadi, Jawa Timur saya yakini bisa bangkit. Semua melalui perhitungan matang dan prioritas anggaran pasti sudah dipahami oleh Khofifah.

    WT : Dari pandangan Gus sendiri, apa Khofifah masih mengalami kendala untuk mencari solusi terbaik, khususnya dari track record Khofifah, tiga tahun memimpin Jawa Timur?
    GA : Kendala pasti ada. Bisa jadi dari orang di sekitar Khofifah yang belum bisa memahami pemikiran dan ide-ide beliau. Atau ada di OPD atau di jejaring pelayanan public yang offside. Secara personal, namanya figure, pasti ada plus-minus. Tinggal bagaimana mensinergikan potensi yang ada, kordinasi dan komunikasi dengan Forkopimda, Bupati, Walikota. Kalau persoalan dan kendala dimusyawarahkan bersama, tentu menghasilkan solusi dan bisa bangkit. Bagaimana detilnya, nanti tinggal saya hubungi beliau.

    WT : Lantas bagaimana mengatasi berbagai masalah dan musibah yang masih menghantui di Jatim?
    GA : Itu memang fakta dan bagian dari kondisi yang tidak bisa terelakkan. Diperlukan kepedulian dan kebersamaan. Cepat tanggap dari kepemimpinan Khofifah harus mampu diterjemahkan oleh pelaksana di lapangan. Efesiensi anggaran juga memegang peranan penting dalam pengendalian menekan inflasi. Jadi, ketika muncul masalah, protap dan SOP sudah jelas. Apalagi, peran serta masyarakat dan LSM cukup tinggi, sehingga proses penanganan lebih gambang.
    Tidak kalah penting adalah pertanggungjawaban dari penggunaan anggaran. Ini bagian yang tidak boleh diabaikan, terukur, tertelusur, dan terstruktur. Intinya, transparan ojok bojok’i (jangan membohongi) rakyat. Hal ini, menyangkut barokah atau mudlorot.

    WT : Secara khusus bagaimana pandangan Gus Ali dengan gaya kepemimpinan Khofifah?
    GA : Ya, seperti yang saya sampaikan ada hal tersirat tentu hanya saya dan Khofifah yang tahu. Tapi, secara umum Khofifah merupakan sosok pemimpin transformasional, yaitu mampu menginspirasi masyarakat, mengutamakan kepentingan publik. Khofifah, juga figur karismatik, bisa menjadi teladan.
    Bahasa ilmiahnya, Khofifah sosok visioner, punya kemampuan menciptakan dan mengartikulasi visi realistik, kredibel dan melayani. Kehadiran fisik, dan juga gagasannya kepada para masyarakat sangat dibutuhkan. Setidaknya, mewujudkan warga Jatim sejahtera.
    Artinya, Khofifah sudah teruji dan tidak perlu diragukan. Contoh sederhana, tanggung jawab dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Di mana beliau telah menyiapkan setidaknya 75 rumah sakit dan bantuan lainnya agar pasien maupun keluarga dari pasien Covid-19 bisa tetap bertahan dengan baik dan tetap tenang saat pandemi terjadi.

    WT : Menurut Gus Ali, berarti Khofifah sudah sangat layak untuk naik panggung di level Nasional pada 2024 mendatang?
    GA : Saya hanya ingin menyampaikan, bahwa Khofifah itu merupakan publik figur yang kompeten. Selaku Ketua Umum Muslimat empat periode, punya massa riil, yaitu ibu-ibu muslimat. Bagi saya bagaimana membangun jejaring atau networking yang solid.
    Kalau membahas tentang peluang dan posisi Khofifah layak atau tidak layak ke pusat, maka yang perlu menjadi kajian dan pertimbangan, yaitu siapa pendampingnya. Kita juga harus cerdas, bagaimana kekuatan ‘merah’ (basis nasionalis) bisa dikompromikan dengan basis hijau (agamis). Semua harus dengan perhitungan jelas dan matang. Jangan sampai didorong ke pusat, hanya untuk menyingkirkan pesaing politik. Sekali lagi, beliau cerdas, tapi harus super hati-hati menjelang 2024.
    Walau Khofifah itu petarung tangguh, tentu harus juga memiliki patner yang sepadan. Kalau keputusan diambil hanya karena transaksional politik, merugi Khofifah. Bagi pengamat politik, saya yakin sudah mampu membaca sinyal tersebut. Pengalaman Pilkada 2018 lalu, adalah bagian dari strategi yang dijalankan setelah berkelok-kelok.

    WT : Artinya, Khofifah diminta istiqomah menuntaskan sebagai Gubernur dua periode?
    GA : Ini pertanyaan cerdas! Bukan persoalan dua periode atau memilih Pilpres 2024. Semua itu harus ada strategi dan perhitungan serta ikhtiar dari langit. Kalau niatnya menata rakyat, demi kemaslahatan umat dan memahami peta politik tentu tidak akan salah dalam melangkah.

    Saya tetap punya kepedulian terhadap persoalan bangsa ini. Seperti siang ini (Ahad, 20/02/2022), saya mengumpulkan para bu Nyai se Jawa Timur dan ulama untuk membahas hal-hal yang urgen tanpa meninggalkan kondisi kekinian. Ya, kita harus paham ilmu teknologi, baik melalui medsos atau media massa, terutama televise digital. Ini bagian dari ikhtiar, supaya tidak dilindas zaman. Insha-Allah beberapa pejabat negara juga ikut hadir. Wes cukup dhisik. (*)

    Reporter : Makin Rahmat

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan