Oleh Anwar Hudijono
Terlepas apakah Afghanistan benar-benar menjadi pintu gerbang persekutuan (aliansi) Islam dengan Kristen di akhir zaman atau tidak, yang jelas persekutuan itu pasti terjadi. Hal itu bersifat alamiah. Natarul. Sudah menjadi kodrat Ilahi, ketentuan Tuhan. Seperti bulan dan bintang yang memiliki masa edarnya bareng. Tidak ada kok bintang nyelonong keluar di siang hari. Tentu saja persekutuan itu antara golongan tertentu di Islam maupun Kristen. Tidak semuanya.
Yang memastikan itu bukan saya. Tetapi Quran surah Al Maidah ayat 82.
“Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman, ialah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah Nasrani.’ Yang demikian itu karena di antara mereka terdapat para pendeta dan para rahib (juga) karena mereka tidak menyombongkan diri.”
Cermati kata yang dipilih Allah untuk menegaskan ketentuan-Nya yaitu kata “pasti”. Berarti Allah menjamin pasti terwujud. Cermati pula kata “mawaddah” yang artinya cinta kasih. Hal ini menunjukkan kedekatannya lahir dari lubuk hati yang dalam. Dalam bingkai kemanusiaan. Bukan kedekatan atau aliansi dalam konteks bisnis, politik, vested of interest, apalagi konspirasi jahat.
Nah, masalahnya apakah kelompok di Kristen yang menjadi sekutu alamiah Islam itu mesti Kristen Ortodoks? Apakah hanya satu golongan atau banyak golongan. Mengingat di Kristen itu banyak sekali golongan?
Yang jelas, persekutuan Islam-Kristen pasti terjadi. Yang jelas pula pernah terjadi pada zaman Rasulullah. Alkisah, umat Islam mengalami penindasan yang sangat berat oleh kaum kafir Mekah. Ada yang disiksa, bahkan dibunuh.
Nabi menyarankan agar pergi ke Abisinia yang rakyatnya menganut Kristen. Pada saat itu di dalam Kristen sudah terjadi perselisihan. Ada golongan yang menuhankan Ibu Maria. Ada yang menuhankan Yesus. Ada juga yang tetap mengesakan Allah.
“Tempat itu diperintah seorang raja dan tak ada orang dianiaya di situ. Itu bumi jujur, sampai nanti Allah membukakan jalan buat kita semua,” kata Nabi seperti ditulis Dr Haekal dalam buku, Sejarah Hidup Muhammad.
Isa Al Masih
Berangkatlah rombongan muslimin sebanyak 15 orang, terdiri dari 11 pria dan 4 wanita. Inilah gelombang hijrah pertama.
Penguasa kafir Mekah tidak membiarkan umat Islam hijrah ke Abisinia. Maka diutuslah Amr bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah untuk melobi Raja Abisinia, Najasyi atau Negus agar mengembalikan kaum muslimin ke Mekah. Duta penguasa Mekah itu membawa hadiah untuk raja maupun pejabat-pejabat lain. Maksudnya menyuap begitulah.
Proses negosiasi berlangsung sangat alot. Dramatis. Hampir saja Najasyi memulangkan kaum muslimin. Babak berikutnya yang menjadi instrumen dalam negosiasi bukan aspek politik atau ekonomi melainkan aspek teologis.
Raja menanyakan tentang Islam. Sampai akhirnya Jakfar bin Abi Thalib, anak muda yang menjadi pemimpin rombongan, membacakan Quran surah Maryam (19). Di dalam surah itu antara lain dijelaskan tentang eksistensi Isa Al Masih.
Setelah mendengar dengan seksama yang dibacakan Jakfar, Najasyi mengambil sebatang tongkat dan menggoreskannya di tanah. Dan dengan sikap sangat gembira dan ceria, Najasyi berkata, “Antara agama tuan-tuan dan agama saya tidak lebih dari garis ini,” tegas Najasyi.
Najasyi mengijinkan kaum muslimin tinggal di negaranya sampai waktu tak terbatas. Memberikan perlindungan. Mereka sempat tinggal di Abisinia beberapa lama. Setelah mendengar bahwa gangguan kaum kafir di Mekah mereda, mereka kembali ke Mekah. Tapi ternyata penindasan justru semakin seru. Untuk itulah hijrah kedua ke Abisinia kembali dilakukan dengan jumlah 80 orang.
Kaum muslimin tinggal di Abisinia sampai masa setelah Rasulullah hijrah ke Medinah. Mereka hidup di negara itu dengan aman dan damai.
Pilihan Rasulullah ke Abisinia pasti bukan sekadar untuk menghindari penindasan kafir Mekah. Rasulullah terbukti memiliki pemikiran yang visioner, strategis. Menurut pendapat saya, Rasulullah memelihara potensi persekutuan natural yang pasti terjadi antara Islam dengan Kristen.
Berbohong
Memang ada juga golongan Kristen yang memusuhi Nabi. Tapi Nabi tidak bersikap sekeras ketika menghadapi kaum kafir Mekah dan kaum Yahudi. Terutama kepada Yahudi. Rasul sampai mengusir mereka keluar dari Medinah setelah benteng mereka, Khaibar, dihancurkan pasukan muslim.