Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Forum DAS Wrati Henry Sulfianto, saat berada di lokasi,” gowes ditengah sungai ini merupakan bentuk rasa kekecewaan dan kekesalan warga,”ucapnya.
” Faktor timbulnya endapan yang ada ini salah satunya akibat dari limbah dari sejumlah pabrik dan tidak terkontrol. Pertumbuhan tamanan liar semacam enceng gondok dan lainnya, dapat tumbuh subur lantaran limbah cair yang mengalir di sungai ini, selain adanya sampah,” ucapnya.
Ditambahkan pula, perlu juga diketahui bersama jika kondisional yang sangat komplek ini dibiarkan tanpa ada penangan yang serius, maka lama kelamaan Desa Kedungringin akan tenggelam dan hanya tinggal petanya saja. Pemerintah harus hadir dalam permasalahan yang telah puluhan tahun terjadi, upaya konkrit dari semua elemen sangat diperlukan.
Apalagi saat ini masih ada polemik atas proyek pipa saluran limbah 5 perusahaan yakni PT. Mega Marine Pride, PT.Baramuda Bahari, PT. UJK, PT.Marine Cipta Agung dan PT.Wonokoyo Jaya Corporation (unit RPA) yang sedianya akan dibuang ke sungai wrati. Otomatis hal itu akan semakin memperburuk kondisi sungai wrati itu sendiri dan warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai,” pungkasnya.
Dari pantuan dilapangan, awalnya puluhan warga hendak membersihkan sungai, namun lantaran ketebalan endapan yang sedemikian rupa. Akhirnya warga mengurungkan niatnya dan pihak Pemdes Kedungringin, berkoordinasi dengan BBWS (Balai Besar Wilayah Sungai) Brantas-Gempol dan Muspika Beji guna mendatangkan alat berat.(tim)