SIDOARJO (WartaTransparansi.Com) – Rangkaian kegiatan seminar nasional yang digelar PCNU Sidoarjo, punya cerita menarik. Ternyata, keynote speaker mantan pimpinan Jemaah Islamiyah (JI) Nashir Abbas, punya kesan positif dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Ketua Panitia Harlah NU, HM. Subhan, S.Sos, membenarkan, kalau nara sumber Nashir Abbas, hingga saat ini statusnya masih warga Negara Malaysia dalam proses menjadi WNI (Warga Negara Indonesia), begitu respek dengan NU.
Berbagai kegiatan yang telah menyeretnya sebagai mantan pentolan dan pimpinan elit jaringan Jamaah Islamiyah (JI) hingga tertangkap, telah memutarbalikkan fakta dan keyakinan dalam pergaulan sehari-hari.
“Malam sebelum acara, saya tawarkan songkok NU ternyata Nashir Abbas berkenan, ya saya carikan. Termasuk, mencari info agar mendapat kopyak NU yang baik. Alhamdulillah, dapat,” ucap Suhban, saat dihubugi WartaTransparansi.Com, group siberindo.co, tadi malam (31/1/2021).
Lanjut Subhan, juga jurnalis ini, dalam dialog dan percakapan selama mendampingi Nashir Abbas, yang bersangkutan juga sering menjadi pembanding dan narasumber dalam penguatan terhadap lingkungan instansi sipil-militer agar tidak terpengaruh intoleransi, radikalisme dan terosisme.
Sebelum acara seminar, ternyata obralan berlanjut terhadap ketertarikan Nashir Abbas terhadap NU. Maka, Ketua PCNU Sidoarjo, KH. Maskhun, MHi menyemanggati, bila urusan menjadi WNI beres bisa ditingkatkan menjadi WNU (Warga NU). Nashir Abbas hanya tersenyum dan secara pribadi melihat gerakan NU, selain sebagai jamiyah keagamaan dan social, mampu menjadi penyanggah dan benteng Negara melawan pihak yang ingin merongrong keutuhan NKRI.
Malah, disaksikan Sekretaris PCNU, H. Suwarno, SPd, secara simbolis, KH. Maskhun menyematkan songkok NU ke kepala Nashir Abbar dan menjadikan suasana lebih gayeng.
Saat seminar di kantor PCNU Sidoarjo, Ahad (31/1/2021), Nashir Abbas mengakui, pernyataannya mengkafir-kafirkan polisi dan penguasa malah mendapatkan hidayah, bahwa dirinya selama ini keliru dalam memandang setiap persoalan, terutama dalam berjihad.
“Jujur, hati ini mengaku banyak dosa ketika ada suara adzan, saya yang selama dalam sel diborgol tangan, kaki, dan penjagaan sangat ketat, ditunjukkan ada polisi izin shalat. Ada 10 orang bergiliran menjaga, kok ada dua petugas (polisi) mohon izin ke atasannya untuk shalat. Saya bertanya dalam hati, orang yang selama ini saya kafir-kafirkan, malah bisa terpanggil shalat tepat waktu. Saya sendiri, hanya sekedar shalat untuk menggugurkan kewajiban, tidak tepat waktu,” aku Nashir Abbas.
Ajakan untuk memiliki Kartu Tanda Anggota NU (KartaNU) juga disampaikan Wakil Syuriyah PCNU KH. Abdul Wahid Harun, agar tidak perlu ragu untuk dicatat sebagai warga nahdliyin. (mat)