Assalamualaikum warahmatallahi wabarakatuhu
Allah menamakan diriNya dengan Al-Syakir dan al-Syakur yang mengandung sifat syukur.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 158)
“Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha mensyukuri kebaikan.”
(QS. Al-Syuura: 23)
“Dan Allah Maha mensyukuri kebaikan lagi Maha Penyantun.”
(QS. Al-Taghabun: 17)
Maknanya bahwa Allah Maha pembalas kebaikan hamba-Nya. Dia tidak pernah sia-siakan kebaikan yang dilakukan hamba-Nya sekecil apapun itu. Bahkan Allah akan melipatgandakan pahalanya dan membalasnya dengan yang lebih baik.
Diantara bentuk syukur Allah adalah Dia memberikan balasan yang tak terbatas di akhirat kepada hamba yang telah beramal sedikit dengan waktu terbatas di dunia.
“(Kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”
(QS. Al-Haaqqah: 24)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengabarkan tentang seorang laki-laki yang kehausan di tengah perjalanannya. Lalu ia masuk ke dalam sumur dan minum airnya. Kemudian ia keluar. Ia dapati seekor anjing yang lidahnya terjulur ke tanah karena kehausan. Kemudian ia turun ke sumur dan memenuhi sepatu kulitnya dengan air dan menggigitnya untuk di bawa naik. Kemudian ia beri minum anjing tersebut. Maka dengan itu Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosanya. (Muttafaq ‘Alaih)
Allah sebutkan sifat baik hamba-hamba pilihannya dari kalangan Nabi dan Rasul serta orang-orang shalih; salah satunya adalah sifat syukur mereka.
Allah sebutkan tentang Nabi Nuh ‘alaihis salam,
“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.”
(QS. Al-Isra’: 3)