Sebuah kepercayaan dan amanat. juga membentengi kekuatan seluruh nusantara, membangun martabat bangsa dan negara sang Jenderal Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, benar-benar ingin “Membangun Martabat Bangsa”, membisikkan pesan duka menyayat kalbu antara korupsi dan potret kemiskinan, lukisan buram anak yatim dan fakir miskin.
“…, disaat yang sama, hari ini kita juga berjibaku melawan musuh bangsa sendiri ;
melawan para koruptor,
tentu kita bertanya, kenapa kita harus melawan korupsi karena kita harus membangun martabat kebangsaan, karena kita harus mengentaskan kemiskinan, karena kita memajukan kesejahteraan, karena kita harus mencerdaskan kehidupan bangsa, memelihara anak yatim – fakir miskin dan anak telantar, karena Indonesia untuk kita semua dan kita semua untuk Indonesia.
Bukan Jenderal Bintang Tiga, goresan tinta bermartabatnya, mengajak semua kita berbaris dalam satu gerakan melawan korupsi dengan bambu runcing sekalipun, walaupun senjata modern sudah meluluhlantakkan negara-negara hebat bermartabat. Tetapi “Membangun Martabat Bangsa” tetap saja melawan ketidakadilan dan membela mereka yang teraniaya;
…
melawan kebodohan, melawan kemiskinan, melawan ketertinggalan, melawan intoleransi, melawan persekusi dan melawan korupsi..
karenanya sudah saatnya seluruh anak bangsa berperan untuk menghentikan korupsi dan mengangkat senjata, walaupun mengajak dengan ramah seperti sedang menonton perang lama dengan senjata utama bambu runcing, sebuah sindiran jaman lama jaman belum ada korupsi merajalela, jaman lama jaman bambu runcing sebagai simbol perlawanan rakyat, dan jaman kini bambu runcing mengingatkan segera kembali meruncing tanpa korupsi
Penggalan bait syair itu; sebuah keutuhan “Membangun Martabat Bangsa”, dengan totalitas, dengan penuh perjuangan juga lemah lembut (tetapi tidak gemulai) … terus membangun marwah menyatukan jiwa seluruh bangsa …
Bait-bait “Membangun Martabat Bangsa”, Pak Polisi Jenderal Bintang Tiga, turut serta mengumandangkan kemerdekaan RI ke-75 tahun, dengan sentuhan karya seni begitu berisi … sebuah karya seni begitu ingin sekali membebaskan seluruh anak negeri dari korupsi. (Djoko Tetuko)