Heru pun menegaskan, Pemprov Jatim melalui Dinas Perkebunan Prov. Jatim senantiasa akan terus memfasilitasi segala kebutuhan para petani tebu. Dirinya berharap, para petani tebu tidak menjadi buruh tani lagi.
“Kami akan berupaya dan berkomitmen agar petani tebu di Jatim bisa makmur dan sejahtera. Jangan sampai petani tebu menjadi buruh tani. Maka, kami yakin dengan rendemen 10 ini bisa berlanjut di daerah lain di tengah keterbatasan luasan tanam,” ungkapnya.
Sementara itu, Rektor UMG Setyo Budi mengatakan, panen padi di Mojokerto ini memiliki potensi bobot tebu sebesar 150 ton/hektar. Namun ada juga rendemennya mencapai 12. Maka, jika dikonversikan totalnya bisa mencapai 12-15 ton per hektar. Akan tetapi, hasil dari 7 klon varietas tebu ini nantinya harus diuji sesuai karakter wilayah di Jatim mana wilayah yang tepat.
“Oleh karena itu, kami membutuhkan dukungan dari Pemprov Jatim melakukan kerjasama dengan PTPN X dan UMG, sehingga hasil panen selanjutnya bisa mencapai hasil yang maksimal,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, SEVP Operasional PTPN X Dimas Eko Prasetyo mengatakan, panen tebu ini merupakan bentuk kerjasama semua pihak. Sehingga, penanaman bisa dilakukan untuk mendapatkan hasil optimal.
Pihaknya ingin sebuah sinergitas dan kekompakan. Mulai pemilihan bibit tebu, pemilihan lokasi tanam hingga meningkatkan produktifitas tebu dan petani.
“Saya menjamin, PTPN X akan terus berkomitmen meningkatkan produktifitas dan kualitas tebu. Sehingga target swasembada bisa tercapai mulai dari tanam, giling hingga panen,” katanya. (min).