Lapsus  

Wada’ Tangisan Rindu Baitullah Terus Terpatri

Mengembalikan Marwah TPHD Sebagai Pemandu Tamu Allah (2)

Wada’ Tangisan Rindu Baitullah Terus Terpatri
H. S Makin Rahmat

Amirul Hajj KBIHU Rohmatul Ummah, KH. Ahmad Rofiq Siroj menyatakan bersyukur, kepedulian Jemaah begitu besar saat di tanah suci dan berharap kebaikan dan prilaku yang memiliki implikasi positif akan berlanjut hingga kembali ke tanah air. “Siapa menyangka, bisa begitu luar biasa. Hanya sekedar pancingan berlanjut bisa memperoleh anggaran cukup besar. Memang, salah satu dari figure haji mabrur, adalah loman (derma) dalam kondisi lapang maupun sempit. Apalagi, untuk kemaslahatan umat,” papar Kyai Rofiq, juga Rois Syuriyah PCNU Sidoarjo.

Usai melaksanakan rangkaian ibadah yang cukup melelahkan, namun penuh dengan kekuatan dahsyat, Jemaah biasanya terjebak dengan rutinitas ibadah di masjidil Harom dan menambah umroh sunnah, baik mengambil miqot dari Ji’ronah, Hudaibiyah dan Tan’im. Padahal, kalau Kemenag memberikan gambaran dan tempat-tempat yang bisa disinggahi atau diziarahi, bisa memberikan tambahan ibadah dan ketakwaan kepada Allah selama di Haromaian.

Sebulan penuh berada di Mekah, hampir rata-rata Jemaah merasa ada kejemuhan. Memang ada Jemaah yang mampu mengambil hikmah dengan memperbanyak ibadah di masjidil Harom dan rutin umroh tiap hari atau seminggu 3 kali dengan mengambil miqot di Tan’im. Tapi, bagi Jemaah berusia lanjut, tentu pikirannya sudah menerawang ke mana-mana, bahkan sering ingin cepat bisa pulang ke tanah air.

Ziarah Thaif, Mengenang Dakwah Rasulullah

Dalam catatan selama Haji 2019, kami mencoba beberapa tempat yang bisa memberikan nilai tambah. Destinasi pertama, penulis menuju ke Thaif, tempat yang sangat impresif dan memberikan penyegaran bagi Jemaah, termasuk bisa menjadi pilihan alternative umroh dengan miqot Qornul Manazil. Thaif sendiri merupakan wilayah penuh dengan sejarah, terutama diabadikan saat Rasulullah berdakwah ke wilayah tersebut mendapat perlakuan sewenang-wenang. Selain dilempari batu, kotoran, dan diludahi, hingga membuat marah penghuni langit. Malaikat pun siap membalik gunung dan bukit di Thaif karena perlakuan hina dina kepada Nabi Muhammad.

Sebaliknya, Rasulullah malah mencegah dan mendoakan agar masyarakat Thaif mendapatkan ampunan dan hidayah dari Allah. Kawasan yang berbatu dan hanya beberapa lembah berumput, ternyata hawanya sejuk kering. Malah, beberapa tumbuhan dan sayuran tumbuh subur. Tumbuhan khas di Thaif adalah delima, daun niknak pencampur minuman teh beraroma mint. Ada pula buah dari pohon berduri Kahkus yang disebut Samaji, punya khasiat untuk penderita diabet.

Belum lagi, tempat kuliner khas Arabia tidak kalah dengan yang ada di Mekah maupun Madinah. Masjid Abdullah Ibnu Abbas, Keponakan Rasulullah termasuk masjid yang punya kisah unik karena keluarga Rasulullah tersebut menganggap lebih pantas hidup di Thaif daripada kota suci Mekah. “Saya beberapa kali haji dan umroh, tapi baru sekarang bisa ziarah ke Thaif. Luar biasa, apalagi naik gantoli (kereta gantung) sungguh menantang dan mengasyikkan,” kata M. Busyro, Jemaah asal Sidoarjo.

Destinasi berikutnya, museum Askhabi di kawasan Jabal Umar Mekah yang memberikan pilihan cukup bagus untuk lebih mengenal sejarah para sahabat Nabi. Saat ini, Jemaah dari Asean hanya mengajukan ijin tanpa bayar. Sedang Jemaah dari lain Negara bayar tariff 15 real atau Rp 60 ribu. Walau belum rampung 100 persen, setidaknya ada pilihan yang bisa dikunjungi mengurangi kejenuhan.

Paling gres, mengunjungi Clock Museum Zamzam. Pertama masuk dengan tiket standar 150 real tentu tidak semua Jemaah tertarik mengunjungi. Tiket setara dengan Rp 600 ribu jelas sangat mahal. Tapi, setelah melihat ke dalam dan rangkaian visual yang dipertontonkan dengan kecanggihan alat penterjemah otomatis dengan bantuan head set, bisa berpikir sebaliknya. Ada kepuasan luar biasa. Apalagi, saat waktu sholat tiba kemudian diarahkan oleh petugas museum bisa mengambil shaf shoalat di bawah jam raksasa Zamzam tower yang saat ini menjadi kiblat penentuan zero waktu di dunia, begitu takjub. Saat melihat kabah dari ketinggian sekitar 650 meter memberikan sensual luar biasa. Ada pengunjung dari Malaysia menangis dan teriak Allahu Akbar, ketika dari ruang mirip balkon yang sudah dilapisi kawat baja bisa menyaksikan kota Mekah dengan gemerlap lampu-lampunya.

Kebetulan, di akhir gelombang kedua, tempat perbelanjaan grosir pasar Jakfariyah ditutup karena persoalan pelanggaran. Ternyata, banyak pilihan tempat untuk memperoleh oleh-oleh berkelas  &dengan harga sangat miring. Salah satunya, di suk Kakiyah. Kawasan di daerah Kaki, dekat Aziziyah tersebut menjadi penggebira bagi Jemaah membeli oleh-oleh dengan harga lebih murah dari Jakfariyah.

Untuk kuliner, tentu pilihan utama di Restoran Hadramaut, Aziziyah. Padahal, ada tempat lain cukup menjanjikan dan rasanya tidak kalah unik dan lezat, yaitu Restoran Al Bani dan Restoran Damanhuri yang menyediakan masakan khas Indonesia dan banyak diminati oleh warga Saudi maupun Jemaah haji dari Timur Tengah.

Yang jelas, saat menjelang Wada’, kegiatan walimatul tasmiyah dan Haflah Tahtim Haji total berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp 87 juta, sehingga bisa ditotal plus sumbangan seman 50 zak dan dana yang masih dijanjikan saat tiba di Indonesia, mencapai sekitar Rp 215 juta lebih.

Kenikmatan ibadah di Madinah memang tiada tara. Lantas bagaimana saat melaksanakan sholat arbain (40 waktu berjamaah) di masjid Rasulillah dengan cuaca panas dan ekstrim. Ikuti tulisan lanjutannya. (mat)