Surabaya – Ribuan masyarakat berbondong-bondong menyaksikan kemeriahan Surabaya Vaganza yang merupakan rentetan agenda peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-726, Minggu (24/03/19). Parade yang mengusung tema Puspawarni ini, sebagai ajang untuk pemersatu keberagaman masyarakat yang tinggal di Surabaya.
Acara yang dimulai sekitar pukul 08.00 Wib itu diikuti 40 mobil hias, dan 37 peserta parade budaya dari berbagai komunitas, suku bangsa, pelajar sekolah, mahasiswa dan warga Surabaya serta beberapa grup drum band.
Tak kalah menarik, 13 wali kota yang tergabung dalam anggota Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) Wilayah IV, menjadi peserta istimewa. Kebetulan, 13 wali kota itu sedang mengikuti Rapat Koordinasi Komisariat Wilayah IV di Surabaya, Sabtu (23/3/2019). Mereka mengikuti parade dengan menaiki mobil Jeep Willys dan mengenakan busana adat daerah.
Parade Surabaya Vaganza 2019 diberangkatkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dari kawasan Tugu Pahlawan. Dari Jalan pahlawan, para peserta melewati rute Jl. Keramat Gantung, Jl. Gemblongan, Jl. Tunjungan, Jl. Gubernur Suryo, Jl. Panglima Sudirman, Jl. Urip Sumoharjo, dan finish di Jl. Raya Darmo tepatnya di SMAK Santa Maria.
Tiba di finish, Risma bersama para tamu yang hadir berkali-kali foto dengan para peserta dan mobil hias. Ia juga menjelaskan bahwa beberapa busana yang dipakai oleh para peserta merupakan hasil karya anak-anak Surabaya.
“Seluruh warga yang saya cintai, usia Kota Surabaya sudah sangat dewasa dan tua, karena itu ayo kita tidak boleh malas, harus kerja keras dan membuktikan kita adalah cucu dan cicit para pejuang yang sudah mempertaruhkan kemerdekaan demi kita,” kata Risma dalam sambutannya.
Ia menyampaikan, dahulu para pejuang sudah membuktikan dengan segala keterbatasan alat, namun mampu mempertahankan kemerdekaan. Karena itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini ingin, agar seluruh masyarakat Kota Pahlawan juga mengikuti perjuangan para pendahulu.
“Saya berharap para orang tua, ayo kita lanjutkan perjuangan para pahlawan dengan menjadikan anak-anak kita orang yang berhasil. Kita buktikan kalau kita bisa jadi tuan dan nyonya di kota kita sendiri, bukan sebagai penonton,” ujarnya.
Risma menjelaskan, Surabaya Vaganza tahun ini lebih banyak budaya yang ditampilkan. Karena itu, melalui pawai budaya ini, ia ingin berbagai elemen masyarakat yang tinggal di Surabaya bisa terus rukun dan saling menghormati. “Jadi kita tahun ini lebih banyak budayanya, saya berharap ini menjadi pemersatu kita untuk kita tidak mempermasalahkan lagi siapa kita, asal usul kita, agama kita dan suku kita,” jelasnya.
Menurutnya, dipilihnya tema Puspawarni dalam Parade Surabaya Vaganza tahun ini bertujuan untuk memupuk rasa persatuan berbagai elemen masyarakat yang ada di Surabaya. Ia berharap, masyarakat Surabaya dengan keberagaman suku, adat, dan budaya bisa terus rukun dan terus bergandengan tangan. “Kita bisa bergandengan tangan untuk bersama-sama membangun kota ini, sebetulnya itu. Makanya yang kita sampaikan adalah Puspawarni. Jadi bukan hanya bunga, tapi adalah budaya yang beragam di Kota Surabaya,” katanya.
Ketua Apeksi Regional IV Dewanti Rumpoko, mengapresiasi kegiatan Parade Surabaya Vaganza yang diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya. Ia mengaku terkesima dengan berbagai suguhan kesenian budaya yang ditampilkan. “Selain memang acaranya, terutama drum bandnya, acara keseniannya, parade bunganya juga top banget,” kata Dewanti.
Perempuan berkerudung yang juga menjabat sebagai Wali Kota Batu ini menambahkan, pihaknya ingin mengadopsi cara Pemkot Surabaya dalam penyelenggaraan parade yang disiplin dan bersih. Ia berharap, masyarakat Kota Batu bisa meniru bagaimana warga Kota Surabaya menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. “Mudah-mudahan Kota Batu besok akan meniru, terutama kerapian dan kebersihannya,” ujarnya. (wt)