Oleh Djoko Tetuko Abd Latief
Kacamata dunia hanya simbol simbol kehidupan juga simbol simbol perbudakan.
Kacamata dunia hanya memandang kehidupan mapan sebuah kehormatan … kehidupan terpandang sebuah kehebatan … kehidupan oh kehidupan kini tidak ubahnya fatamorgana
Kacamata dunia hanya perbudakan di jaman modern dengan dayang dayang serba pintar … pintar dalam membujuk rayu bayang bayang samar tentang keingkaran
Kacamata dunia hanya perbudakan perbudakan kecil penjajah iman dan hati seperti konser baiat berjanji mati suci
Kacamata dunia hanya kehidupan satu alam tanpa menyimak dan menyibak alam alam penantian … kecamatan dunia hanya perbudakan di ujung jaman tanpa memandang jaman jaman panjang memajang terjang babakan anak-anak jaman
Kacamata dunia tentang kehidupan dan perbudakan akan menjadi obat panawar jika semua insan menerima dengan sabar tentang semua arti kehidupan
Kehidupan adalah titipan
Perbudakan adalah kenyataan duniawi
Tergolek sakit adalah kenikmatan …
Tergelincir terpinggir dalam butir butir syair musibah adalah pintu ujian
jalan menuju pintu kerahmatan, keridloan, taufik dan hidayahNYA.
Kehidupan dalam perbudakan akan menjadi kenikmatan ketika semua kita menerima dengan penuh waktu “hitam putih” dan pergolakan penuh warna kehidupan hanya dengan pasrah menerima semua adalah dari Yang Maha Kuasa tanpa mampu menawar apalagi melawan …
Kehidupan dalam perbudakan ketika semua haru biru membiru adalah potret berguru dengan harapan menuai percikan ilmu sebagai penuntun amanat mencapai derajat bertangga rahmat… berirama pasrah dan pasrah sebagai titian sepenggal jalan menuju surgaNya
Kacamata dunia penakluk kehidupan dalam perbudakan jauh lebih elok jika memilih bacaan istighfar dan sholawat dalam memecah dekapan awan hitam, dan sayap sayap kesabaran tanpa kebimbangan sebagai pemandu jejak menapak menanjak rancak.(penulis adalah pemimpin redaksi wartatransparansi)